Sabtu 30 Oktober 2021
PEMERINTAHAN – DALAM TANGAN ALLAH
Pemerintahan : Kelahiran – Kematian – Sikap murid
Bacaan sabda: Lukas 2:1-7; Matius 2:1-18
Yohanes 18:38 “Kata Pilatus kepada-Nya: “Apakah kebenaran itu?” Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya”
Kelahiran Yesus di Betlehem sebagai tindakan inkarnasi dalam pengertian Allah menjadi manusia tidak terpisahkan dari situasi pemerintahan saat kelahiran-Nya hingga saat kematian-Nya di atas kayu salib. Pemerintahan pada saat kelahiran Yesus dihubungkan dengan sensus penduduk yang digagas oleh kaisar Agustus. Kebijaksanaan kaisar ini justru menggenapi nubuatan bahwa Yesus lahir di kota kecil Betlehem. Kemudian pada saat kelahiran Yesus bertepatan dengan Herodes yang kejam menjadi raja yang ditempatkan pemerintah Romawi di wilayah Galilea. Semua sikapnya yang bersumber dari rasa ketakutan kehilangan kedudukan karena kelahiram raja yang baru lahir seperti yang dikatakan orang Majus kepadanya membuat nubuat tentang Yesus menjadi tergenapi.
Betul juga bahwa hati penguasa seperti air dalam pengendalian Allah yang dialirkan ke mana Dia kehendaki. Kedatangan Yesus sebagai Raja Damai direspon para tokoh agama dan penguasa pemerintahan dengan kesalahpahaman. Tetapi kesalahpahaman mereka justru membuat semua nubuat para nabi tentang Dia tergenapi secara sempurna. Pemerintahan pada saat kematian Yesus pun mengambil keputusan-keputusan yang menurut mereka menggagalkan karya Yesus, tetapi yang terjadi adalah semua nubuat tentang karya penyelamatan Yesus tergenapi dengan baik. Penempatan Pontius Pilatus sebagai pejabat pemerintah untuk mengadili Yesus merupakan pilihan tepat untuk membuat keputusan agar penggenapan janji Allah dan nubuat para nabi tergenapi secara tepat. Pontius Pilatus membuat suatu pernyataan hasil penyelidikannya tak ada kesalahan yang dilakukan Yesus. Tetapi Pontius Pilatus tidak berani membuat keputusan untuk membebaskan Yesus dari tuntutan bahwa Yesus harus dihukum mati. Pilatus akhirnya menyerahkan Yesus kepada pembesar agama Yahudi dan Yesus pun disiksa dan disalibkan bukan karena kesalahan yang Dia lakukan.
Yesus disalibkan sebagai korban pengganti untuk menebus dosa manusia. Murid-murid adalah komunitas yang belajar langsung dari Yesus melalui pengajaran dan praktek langsung. Tetapi murid-murid pun sering salah paham bahkan gagal paham tentang tujuan Yesus datang kedua ini. Antusias keliru para murid yang ingin mengangkat Yesus menjadi raja kerajaan dunia adalah merupakan kesalahan besar (Yohanes 6:15). Tetapi Yesus secara perlahan tapi pasti menjelaskannya kepada murid-murid-Nya tanpa menyangkal bahwa Dia memang adalah Raja di atas segala raja tetapi bukan dalam arti kerajaan duniawi tetapi dalam arti raja Kerajaan surgawi abadi. (MT)
Allah sendirilah yang mengendalikan sejarah dunia agar firman-Nya tergenapi.