Sabtu 02 Oktober 2021
OTORITAS – KEDAULATAN ALLAH
Otoritas : – Allah – Berdaulat – Kekal
Bacaan sabda: Daniel 4:28-37
Daniel 4:34 “Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun”.
Otoritas Allah adalah kuasa yang berdaulat yang tak akan berubah dan memang selalu tetap kuat dan tak mungkin berubah. Otoritas Allah itu universal dan kekal atas semua ciptaan-Nya. Otoritas Allah yang universal itu berbeda dari semua kuasa yang ada karena Dialah pencipta satu-satunya atas segala sesuatu. Otoritas-Nya mempunyai sifat khusus kepada Israel istimewa dalam hubungan-Nya, karena Dialah yang menjadikan Israel menjadi bangsa pilihan-Nya. Allah memilih Israel berdasarkan kedaulatan-Nya. Otoritas (exousia) Allah kepada umat-Nya bersifat mutlak karena Allah berdaulat penuh memperlakukan umat-Nya sesuai dengan kehandak-Nya. Yeremia 18:6 “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel”
Firman Allah yang diungkapkan melalui nabi Yeremia mengumpamakan otoritas Allah kepada umat Israel seperti otoritas tukang periuk kepada tanah liat yang merupakan bahan untuk membuat sebuah periuk. Tukang periuk menghancurkan tanah untuk membentuk sebuah periuk, bila kedapatan tidak sesuai dengan kehendaknya dihancurkan lagi dan dibentuk lagi hingga sesuai dengan keinginan tukang periuk. Bagitulah otoritas Allah dalam membentuk umat-Nya hingga sesuai dengan kehendak-Nya. Otoritas Allah adalah mutlak dan didasari oleh kedaulatan-Nya.
Di seluruh Alkitab ada realitas tak terbantahkan bahwa Allah berdaulat mengatur jalannya sejarah dan kehidupan manusia. Siapapun yang mencemooh dan mengabaikan kehendak-Nya akan merasakan akibatnya. Fakta sejarah dalam Alkitab adalah kisah raja Nebukadnezar yang dengan kesombongannya mengabaikan otoritas Allah, bahkan berusaha merampas otoritas Allah dengan menempatkan dirinya seakan lebih berkuasa dari Allah. Dengan tegas Allah murka kepada Nebukadnezar dengan otoritas-Nya Allah membuat Nebukadnezar bertabiat bagaikan binatang yang hidup di padang rumput dalam waktu yang ditetapkan Allah sendiri. Setelah masa penghukuman selesai, Nebukadnezar sadar menerima lagi akal budinya dan spontan memuliakan dan mengakui otoritas Allah atas dirinya. Nebukadnezar yang sesungguhnya adalah merupakan berhala bangsa Babel memuliakan Allah dan membuat pengakuan “Allah itu hidup dan Mahakuasa dan kuasa-Nya itu kekal”. Suatu pengakuan yang sangat menakjubkan dari seorang raja. Pengakuan ini bukan pertama dari Nebukadnezar, karena saat Sadrakh, Mesakh dan Abednego tak terbakar dalam dapur api, dia pun membuat pengakuan yang sama. Nebukadnezar bisa menyangkal pengakuannya tetapi pengakuannya itu akan terus terbukti kekal dan turun temurun. (MT)
Allah berdaulat penuh bertindak dan tindakan-Nya pasti benar dan tepat.