Kamis 16 September 2021
NAJIS – LEGALIS SEREMONIALIS
Najis : Legalisme – Adat Istiadat – Seremonial
Bacaan sabda : Markus 7:1-23
Markus 7:20-23 “Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Tuhan Yesus sangat menegakkan aturan yang benar tanpa harus legalistik, menghargai adat istiadat yang baik tanpa terikat pada tradisi melakukan dan menjalani upacara agama yang benar dan baik tanpa harus terperangkap kepada rutinitas seremonial agamawi yang kaku. Berbeda dengan pemuka agama Yahudi termasuk ahli taurat dan Farisi yang tejebak kepada jeratan legalisme, jeratan adat istiadat dan rutinitas seremonial. Orang Farisi dan ahli taurat sangat ketat menentukan hal-hal najis dan haram dalam nilai keagamaan dengan legalisme yang sangat ketat. Yesus sangat tegas mempersalahkan para ahli taurat dan Farisi karena menyeret umat melakukan kegiatan agama yang sangat sarat dengan legalisme. Karena orang-orang yang legalis mengganti sikap-sikap batin dan hidup kerohanian dengan berbagai aturan-aturan buatan sendiri tetapi mengatakan bahwa itu adalah firman Tuhan. Orang legalismelah yang ditegur Yesus memuliakan Allah dengan bibir tetapi hatinya jauh dari Allah. Dari tampak luar mereka sangat agamis karena berpegang teguh kepada aturan kalimat-kalimat agamis tetapi hati penuh dengan kebencian kepada setiap orang yang tidak sepaham dengan mereka.
Sesungguhnya tak ada salahnya bila kita legalis dalam pengertian mentaati norma-norma yang benar dan baik sesuai dengan firman Tuhan. Bahkan pada zaman kasih karunia ini kita wajib mentaati firman Tuhan sebagai norma-norma moral dalam hidup. Para pemuka agama yaitu ahli taurat dan Farisi melakukan kesalahan karena memposisikan adat istiadat manusia di atas kebenaran firman Tuhan. Yesus tegas mengecam tradisi, tetapi tidak semua tradisi dikecam oleh Yesus. Tradisi yang dikecam oleh Yesus adalah tradisi yang bertentangan dengan firman Tuhan. Sikap terhadap tradisi haruslah objektif dan biarlah tradisi disucikan oleh terang firman Tuhan. Gereja harus membersihkan sikap mengagungkan tradisi rohani buatan manusia yang biasanya bersumber dari hikmat manusia. Dan biasanya kebiasaan umum yang sudah mentradisi dalam jangka panjang dijadikan kebenaran walaupun bertentangan dengan firman Tuhan. Sebab itu adat istiadat harus selalu berada dalam terang firman Allah.
Ahli taurat dan Farisi menjadikan konsep najis dan haram dan tahir dan halal melalui seremonial agama belaka karena menempatkan ritual dan lahiriah lebih berharga dari yang moral dan etis. Hal itu membuat mereka tak tertarik dengan perubahan dan pertobatan. Tetapi Kristus Yesus justru menekankan kemurnian moral dari pada seremonial. Sebab itu jelas Tuhan justru menghendaki pertobatan dikedepankan dari tradisi dan ritaul agama. (MT)
Konsep najis adalah anjuran untuk tetap mengutamakan pertobatan dan moral bersih.