Rabu 15 September 2021
NAJIS : BERSIH. SEHAT, ETIS
Najis : – Tahir : Bersih – Halal : sehat – Ritual : Etis
Bacaan sabda : Imamat 11:1-47
Imamat 11:44-45 “Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi. Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.”
Sejak Allah menciptakan alam dan isinya kemudian memberi tugas kepada manusia disertai juga dengan aturan yang menyertai penugasan itu. Peraturan termasuk makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh manusia. Kalau bahan makanan dari tumbuhan tidak diatur Allah yang jelas buah-buahan dan biji-bijian sebagai hasil tumbuhan adalah makanan yang disediakan Allah untuk kelanjutan hidup manusia. Setelah air bah surut Allah memberi penjelasan kepada Nuh bahwa segala yang bergerak dan yang hidup serta tumbuh-tumbuhan menjadi makanan Nuh dan keturunannya (Kejadian 9:3). Di sini tidak ada pembedaan antara haram atau halal. Padahal sebelumnya Allah sudah memerintahkan Nuh memasukkan binatang haram sepasang setiap jenis binatang. Barangkali Nuh sudah mengenal mana yang haram, mana yang halal dari semua binatang yang diciptakan Allah.
Dalam Imamat 11 firman Tuhan yang tertuang dalam hukum taurat mengatur hal-hal najis atau tahir, haram atau halal adalah bagian aturan yang perlu ditaati dalam membangun kelangsungan hidup manusia. Ada hal yang prinsip dalam konsep najis dan tahir. Najis adalah merupakan sesuatu yang kotor, sedangkan tahir adalah sesuatu yang bersih. Jadi sejak awal sesungguhnya hidup bersih adalah sesuatu yang dianjurkan Allah kepada manusia. Yang najis tak boleh dibiarkan terus najis harus dilakukan tindakan pentahiran. Sama halnya dengan kotor tak boleh dibiarkan terus kotor harus segera dibersihkan. Demikian juga halnya dengan konsep haram dan halal. Makanan yang haram adalah merupakan makanan yang berpotensi mengakibatkan sakit bila dikonsumsi dalam jangka panjang. Jadi sesuatu yang haram sebaiknya dihindari. Sedangkan yang halal untuk dimakan adalah makanan sehat yang bebas untuk dikonsumsi.
Jadi sangat jelas tujuan konsep najis dan tahir, juga haram dan halal adalah aturan yang diberikan Allah sebagai anjuran untuk hidup bersih dan sehat. Dalam praktek keagamaan konsep najis dan tahir, juga haram dan halal menjadi bagian dari ritual keagamaan yang sangat memberi tekanan kepada berdosa atau hidup kudus. Itulah sebabnya Yesus mengoreksi dengan menyatakan bahwa bukan yang masuk dari mulut (makanan) yang menajiskan atau yang mengharamkan. Haram atau najis dikur dari segala hal yang keluar dari mulut (perkataan buruk). Tetapi bukan berarti orang percaya bebas memakan apa saja, karena tetap harus mempertimbangkan etis atau tidak etisnya sesuatu wajar untuk dikonsumsi. Jadi pertimbangan orang percaya adalah jangan sampai cara makan merusak kesaksian. Demi kasih terhadap sesama perlu juga semua saksi Kristus untuk menahan dan menguasai serta membatasi diri. (MT)
Konsep najis dan haram adalah anjuran untuk hidup bersih, sehat dan etis. Jadi tetaplah membatasi diri.