Selasa 14 September 2021
MURTAD – BERUBAH SETIA
Murtad : – Menyeberang – Memberontak – Berubah setia
Bacaan Sabda : 2 Tawarikh 29:3-36
Yosua 22:22 “Allah segala allah, TUHAN, Allah segala allah, TUHAN, Dialah yang mengetahui, dan patutlah orang Israel mengetahuinya juga! Jika sekiranya hal ini terjadi dengan maksud memberontak atau dengan maksud berubah setia terhadap TUHAN — biarlah jangan TUHAN selamatkan kami pada hari ini”
Dalam bahasa Yunani “apostasia” (murtad) adalah istilah politik yang dikenakan kepada seorang yang menyeberang ke pihak musuh dalam suatu peperangan antar 2 kerajaan yang sedang bertikai. Itulah sebabnya murtad sering diistilahkan dengan sebutan umum “kawan jadi lawan”. Jadi dalam hal ini murtad dianggap sebagai suatu perbuatan yang sangat buruk dan bila sampai ditangkap dia akan dihukum seberat-beratnya dari penjara seumur hidup hingga hukuman mati. Dalam proses Yahudi murtad bukan saja meninggalkan Allah melainkan memberontak kepada Allah. Tetapi Alkitab memandangnya secara umum adalah berubah setia kepada Allah. Dalam perkembangannya murtad dianggap hanyalah sebagai perubahan keyakinan hingga perubahan prinsip yang diterima sebagai hak asasi setiap orang yang tak perlu dihakimi.
Dalam 1 Tawarikh 29 dicatat peristiwa reformasi iman Yahudi dalam kepemimpinan raja Hizkia. Reformasi iman yang dipelopori raja Hizkia ini adalah merupakan reformasi praktis karena dimulai dengan pengakuan dosa dilanjutkan dengan pembersihan dan pengudusan rumah Tuhan dan disempurnakan dengan memberi korban persembahan untuk memulihkan perdamaian dengan Allah. Reformasi ini dilatarbelakangi oleh kemurtadan sebelumnya saat Yehuda berada dalam pimpinan raja Ahas. Kemurtadan dalam pengertian pemberontakan kepada Allah ini telah menjatuhkan wibawa Allah terhadap atau di hadapan Yehuda yang berakibat murka Allah turun atas Yehuda. Raja Hizkia mengembalikan kondisi kemurtadan nasional itu menjadi reformasi nasional. Murtad dengan kalimat berubah setia kepada Allah kedengarannya lebih halus tetapi dampaknya tetaplah merusak.
Pada zaman Yosua terjadi hal yang terkategorikan sebagai kemurtadan. Sebagai suku Israel berubah setia kepada Allah dan memisahkan diri dari bangsa pilihan Allah. Ada konsep berubah setia, menyeberang dan memberontak dalam kemurtadan mereka. Yosua pun tak segan-segan memerangi mereka karena yang murtad ini telah sengaja menyimpang dari kebenaran, tetapi mereka mendahuluinya dengan mengajak berdialog agar kembali kepada Allah. Dalam hal ini Yosua menganggap memerangi dan menghukum adalah tindakan terakhir. Dalam ayat 22 Yosua secara tegas menyatakan bahwa murtad adalah menolak keselamatan. Sehingga mereka yang mau berubah setia kembali lagi kepada Allah. Kemurtadan selalu saja terjadi di kalangan umat beriman oleh berbagai faktor yang melatarbelakangi. Mereka tak perlu dihakimi hanya perlu didekati. Bila itu sudah pilihan mereka tentu kita tak dapat lagi berbuat banyak selain mendoakan dan tetap mengasihi. (MT)
Jangan menghakimi orang murtad, tetapi tetaplah mengasihi dan mendoakannya.