Rabu 26 Mei 2021
HUKUM – HUKUMAN
Hukum : – Hukuman – Percaya – Tidak percaya
Bacaan sabda : Yohanes 3:18-21
Yohanes 3:18 “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Kata hukuman yang diambil dalam bahasa Yunani “Krisis” adalah merupakan resiko atas sebuah kesalahan dan kegagalan untuk mentaati kebenaran. Tidak ada seorang pun yang menyukai hukuman. Bila manusia berdosa tidak percaya kepada cara Allah menyelamatkan manusia berdosa berarti dia akan tetap berada dalam hukuman. Allah tidak sembarangan dan tidak sewenang-wenang dalam hal menjatuhkan hukuman karena hal itu dianggap perlu untuk kebaikan manusia. Galatia 6:7 “Jangan sesat Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya”. Perlu dipahami bahwa orang Kristen berbuat baik bukan karena takut hukuman bukan pula supaya mendapat imbalan yang baik dari Allah, melainkan sebagai rasa syukur karena sudah menerima kasih dan kebaikan Allah dengan mempercayai dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Berbeda dengan Farisi dan ahli taurat yang berbuat baik dan melakukan ritual agama karena takut mendapat hukuman dari Allah. Tetapi dalam waktu yang sama melakukan kejahatan dengan harapan tak mendapat hukuman atas kesalahan dan kejahatan yang mereka lakukan. Tetapi firman Tuhan sangat tegas menyuarakan arti dari “percaya kepada Tuhan Yesus”. Percaya berarti tidak dihukum atau bebas dari hukuman. Suatu teguran tegas kepada kelompok-kelompok keagamaan Yahudi seperti Saduki, ahli taurat dan Farisi. Seruan percaya kepada Yesus adalah suatu kritik tajam bahwa agama tidaklah suatu syarat tepat untuk melepaskan diri dari hukuman dosa atau maut.
Kita tahu bahwa status umat pilihan Allah atas Yahudi telah dibelokkan menjadi suatu lembaga keagamaan yang sangat kaku. Menjadi umat pilihan Allah adalah mempercayai pemilihan Allah berdasarkan anugerah-Nya. Dalam perjalanan sejarah umat Allah telah membuatnya menjadi hidup beragama dengan syarat-syarat kaku untuk mempertahankan status umat pilihan bagi suatu keistimewaan bukan kehidupan spiritual sebagai suatu respon bersyukur atas anugerah Allah. Percaya adalah suatu kehidupan yang menghubungkan hidup dengan Allah. Jadi percaya kepada Yesus membuat hidup bebas dari hukuman. Sedangkan bila tidak percaya kepada Yesus membuat tetap berada di bawah kuasa dosa atau dibawah hukuman. Nikodemus adalah seorang Farisi menyadari betapa tidak memadainya agama untuk melepaskan diri dari intervensi dosa, karena hanya memindahkan dari intervensi dosa kepada intervensi agama. Pertemuan Nikodemus dengan Yesus membuahkan hal yang inti yaitu percaya kepada Yesus. (MT)
Percaya menghubungkan kepada Allah sedangkan tidak percaya memutus hubungan dengan Allah.