Sabtu 01 Mei 2021
GEMBALA – PEMILIK
Gembala : – Ideal – Pemilik – Upahan
Bacaan sabda: Yohanes 10:1-21
Yohanes 10:11-12 “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;“sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.”
Gembala yang baik adalah gembala yang ideal. Dia haruslah seorang yang pemberani dan kuat, dan harus siap berkorban dan jauh dari sifat mementingkan diri sendiri. Seorang gembala yang baik haruslah bersikap dan merasa pemilik dari semua gembalaan-Nya. Ada juga penggembala domba upahan yang bekerja hanya untuk upah, biasanya tak ada rasa memiliki sehingga kurang atau tidak ada tanggung jawab sama sekali. Faktanya ada juga gembala yang diupah tetapi tetap bertanggung jawab sedangkan gembala pemillik justru kurang bertanggung jawab. Jadi idealnya seorang gembala bukanah pada status pemilik atau tidak tetapi pada rasa memiliki dan tanggung jawab serta keberanian untuk memelihara kelangsungan hidup domba-dombanya.
Yesus menyatakan diri sebagai gembala yang baik atau gembala yang ideal, bukan hanya pernyataan melalui kata-kata tetapi fakta nyata dalam tindakan. Pada saat Yesus melaksanakan misi-Nya, ada banyak pemimpin-pemimpin agama yang termasuk gembala-gembala umat. Ketika Yesus menyatakan diri sebagai gembala yang baik, Dia sedang mengkritik para pemimpin agama yang terkategorikan sebagai gembala, tetapi hanyalah seorang upahan atau gembala yang palsu. Yesus adalah gembala yang baik seperti yang dijanjikan dalam Mazmur 23.
Ketika raja Daud menyatakan Tuhan adalah gembalanya, dia sedang menubuatkan bahwa Tuhan, gembala yang baik itu adalah Yesus. Sebagai gembala sejati Yesus tampil dengan kelemahlembutan dan kasih yang dinyatakan melalui pengorbanan. Sebagai gembala yang baik Dia adalah pemilik sejati umat gembalaan-Nya. Di sinilah letak keistimewaan dan keunikan Yesus sebagai gembala sejati. Kematian-Nya di kayu salib untuk keselamatan umat gembalaan-Nya, satu-satunya adalah Yesus. Pengkontrasan gembala yang baik dan orang upahan ternyata masih sangat relevan hingga sekarang dan jauh ke depan hingga kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Gembala jemaat yang tujuan kegiatan pelayanannya semata-mata hanya untuk mencari nafkah terkategorikan sebagai seorang upahan. Tetapi bila gembala jemaat yang sejati akan terpanggil memberi perhatian dan kepedulian kepada jemaatnya. Hal itu menciptakan terjadinya hubungan saling mengenal antara domba dan gembalaanya. Gembala mengenal dombanya dan domba mengenal gembalanya jika sudah tercipta saling mengenal maka akan saling sayang, saling paham dan saling mendoakan, indahkan. (MT)
Gembala dan gembalaannya harus saling mengenal, indah kan?