Jumat 15 Januari 2021
ANAK – UMAT PILIHAN
Anak : – Umat pilihan – Anak Allah – Ahli waris
Bacaan sabda : Matius 15:21-28
Matius 15:25-26 “Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” “Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Menurut keyakinan dan pengajaran orang Yahudi, bahwa mereka adalah umat pilihan Allah sedangkan di luar orang Israel hanyalah sebagai makhluk Allah. Sebagai umat pilihan maka mereka pun menyakini dan mengakui bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Israel yang adalah keturunan Abraham yang meyakini mereka ahli waris Abraham karena mereka anak-anak Abraham. Mereka memang meyakini bahwa mereka adalah pewaris janji-janji Allah. Jadi ketika Yesus datang ke bumi ini menjadi manusia dan menyatakan diri sebagai anak Allah, orang-orang Israel tidak pernah berpikir bila Allah itu kawin kemudian mempunyai anak. Mereka justru berpikir bahwa Yesus mempunyai kesatuan tak terpisahkan dari Allah yang sama dengan Allah atau menyatakan diri sama dengan Allah. Hal itu berhubungan dengan konsep dan pengertian Israel tentang anak yang tidak selalu harus diperanakkan tetapi kedekatan hubungan dan diangkat menjadi anak untuk mempunyai hak sebagai ahli waris.
Orang Israel sebagai umat pilihan Allah sudah sejak semula mempunyai wawasan yang luas dan konsep berpikir yang dalam untuk suatu nilai. Jadi bagi mereka nilai “anak Allah” adalah suatu hubungan yang tak terpisahkan. Bila belakangan ini ada kelompok yang mempelesetkan “anak Allah” dengan istilah “Allah beranak” atau “siapa bidannya”, tidak perlu terganggu oleh ejekan orang-orang yang berpikiran sempit yang sengaja berceloteh dengan pikiran sempitnya. Dalam Perjanjian Baru anak-anak Allah itu adalah orang-orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat-Nya.
Dalam perumpamaan anak terhilang (Lukas 15), Yesus sedang menjelaskan hubungan orang percaya dengan Tuhan adalah merupakan hubungan Bapa dengan anak. Anak yang dekat haruslah membangun komunikasi dan intimitas dengan Bapa, dan anak yang jauh karena memberontak haruslah bertobat dan berbalik mendekat kepada Bapa, Tuhan Yesus sendiri mengajarkan agar orang percaya berdoa kepada Allah dengan seruan “Bapa kami yang di surga”. Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa anak-anak Allah bukanlah hanya status tetapi kehidupan. Matius 5:44-45 Yesus menyatakan bahwa orang percaya haruslah membuktikan diri sebagai anak-anak Bapa di surga melalui hidup mengasihi musuh dan berdoa untuk penganiaya. Rasul Paulus juga menyatakan bahwa anak-anak Allah haruslah memberi diri di pimpin oleh Roh Kudus (Roma 8:14; Galatia 4:6), Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak Bapa di surga yang taat. (MT)
Umat pilihan Allah adalah anak-anak Allah. Anak yang tak terpisahkan dari Bapa.