Jumat 29 Mei 2020
ASA- RAJA YEHUDA KETIGA
Asa : – Raja Yehuda ketiga – Menghukum neneknya – Berpaut kepada Allah
Bacaan sabda : 1 Raj. 15:9-24
1 Raja-raja 15:11-12 “Asa melakukan apa yang benar di mata TUHAN seperti Daud, bapa leluhurnya. “Ia menyingkirkan pelacuran bakti dari negeri itu dan menjauhkan segala berhala yang dibuat oleh nenek moyangnya.”
Asa raja Yehuda yang ketiga ini membawa kabar baik. Kabar baiknya itu adalah, dia berhasil memutuskan mata rantai keburukan keteladanan yang buruk. Asa berhasil mematahkan pendapat umum “buah tidak jauh jatuh dari pohonnya”. Asa adalah buah yang jatuh sangat jauh dari pohonnya. Mungkin saja Asa berhasil melihat hal yang baik dari ayahnya walaupun sedikit saja. Tetapi sedikit hal yang baik bisa berdampak besar. Dalam hal ini Asa mampu memilah-milah hal buruk dengan dampak buruknya dari hal baik dengan dampak baiknya. Asa termasuk raja yang baik yang setia kepada Allah. Empat puluh satu tahun dia menjadi raja Yehuda. Hanya saja pada akhir-akhir pemerintahannya dia kurang berpaut kepada Allah karena tergoda bantuan orang Aram untuk melawan Israel Utara yang selalu saja mengganggu keamanan Yehuda. Padahal Allah telah membuktikan penyertaan-Nya pada saat raja Asa mengalahkan tentara Etiopia dalam peperangan tak seimbang. Etiopia mempunyai tentara yang kuat dengan jumlah yang banyak serta fasilitas perang yang lengkap. Allah memberi kemenangan kepada Yehuda karena Asa dan Yehuda bersandar kepada Allah (2 Tawarikh 16:7-14).
Empat puluh satu tahun adalah waktu yang cukup lama menciptakan perubahan yang sangat signifikan di Yehuda sebagai penyandang janji Allah. Selama itu raja Asa berdiri teguh mempertahankan kemurnian iman dari ibadah yang sangat berdampak kepada keselamatan bangsa Yehuda. Raha Asa secara tegas memecat Maakha neneknya sebagai ibu suri karena menyembah patung Asyera yang keji. Dia menghancurkan patung Asyera dan patung-patung lainnya dalam rangka menumpas penyembahan berhala selama pemerintahannya. Raja Asa berdiri teguh dalam sikap iman yang benar karena mentaati nasehat nabi Azarya yang penuh hikmat. Sangat disayangkan raja Asa tidak teguh hingga kematiannya. Walaupun dia setia ada bagian-bagian vital dalam sikap imannya yang terganggu. Asa gagal untuk terus bersandar kepada Allah justru pada masa tuanya. Dalam sejarah gereja hal yang sama sering terjadi. Hamba Tuhan yang besar justru bersikap aneh pada masa tuanya. Biasanya pengalamannya dijadikan menjadi kebanggaan sehingga mengurangi sikap iman untuk terus bersandar kepada Allah. Raja Asa akhirnya wafat setelah menderita sakit keras yang mengerang kedua kakinya. (MT)
Meneladani hal baik dari seseorang jauh lebih berguna dari meneladani sisi buruknya.