Sabtu 28 September 2019
SEDERHANA ITU INDAH
1 Tawarikh 24; Zakaria 10; Yohanes 6:25-59
Ayat Mas / Renungan
Zakharia 10:2 “Sebab apa yang dikatakan oleh terafim adalah jahat, dan yang dilihat oleh juru-juru tenung adalah dusta, dan mimpi-mimpi yang disebutkan mereka adalah hampa, serta hiburan yang diberikan mereka adalah kesia-siaan. Oleh sebab itu bangsa itu berkeliaran seperti kawanan domba dan menderita sengsara sebab tidak ada gembala.”
Ada saatnya terjadi hal-hal yang sangat membingungkan umat. Bukan bersumber dari luar tetapi dari dalam umat itu sendiri. Yang paling tidak masuk akal adalah bahwa hal-hal yang membingungkan itu adalah bersumber dari para pemimpin. Para pemimpin sibuk dengan urusan dan pemikiran sendiri. Umatpun terlantar karena walaupun banyak pemimpin ternyata umat tidak mempunyai gembala sejati yang terpanggil untuk menuntun umatnya ke jalan yang benar yaitu hidup beriman kepada Allah. Akhirnya terjadilah umat kembali kepada penyembahan berhala. Ramal meramal dan praktek okultisne menjadi marak di antara umat. Gembala hanyalah sebuah status mentereng, pengajar hanyalah merupakan profesi bergengsi, ibadah menjadi hiburan kesia-siaan.
Nabi Zakaria dipakai Allah untuk terus menegur dan memberi peringatan tegas agar kondisi buruk ini berubah. Karena kalau tidak berubah kemurtadan akan terus terjadi tanpa terhentikan. Dalam Zakaria 10:3 dijelaskan bahwa murka Allah tertuju kepada para gembala dan para pemimpin bukan kepada umat.
Pada tahun 1970 adalah masa pertobatanku. Pada saat itu saya menyaksikan kesederhanaan dan perjuangan gembala-gembala Jemaat gereja beraliran karismatik. saya sangat mengagumi mereka yang mayoritas tidak berpendidikan hanya setingkat SD dan SMP, tak ada sarjana teologi. Tetapi mereka sangat sungguh-sungguh berdoa untuk jemaat Tuhan. Pada waktu itu tidak ada pertentangan ajaran dan pertentangan tata ibadah. Sangat berbeda di zaman milenial ini. Para gembala mayoritas sarjana dan gembala senior sudah banyak yang menjadi doktor teologi. Keadaan betul-betul berubah. Secara ekonomi para gembala sudah sangat meningkat. Sempat terjadi pakaian dan assesoris yang mereka kenakan terpublikasi hingga membingungkan umat. Para doktor teologi sibuk mempublikasikan pemikirannya, sibuk memasarkan pendapatnya dan para pemimpin ibadah sibuk berkompetisi memasarkan konsep ibadah yang sudah berubah menjadi hiburan rohani yang memukau. Tanpa disadari para pemimpin yang sudah menjadi para doktor itu menjadi gembala yang mempertontonkan pemikiran mereka yang bertentangan satu dengan yang lain menjadi konsumsi yang membingungkan umat. Bila saja mereka cukup bijak bahwa semua pemikiran mereka itu tidak perlu dipublikasikan tentu umat tidak menjadi bingung.
Terbukti bahwa kesederhanaan berpikir karena fokus kepada Alkitab sebagai firman Allah pastilah lebih tepat dan akan selalu unggul karena menyegarkan umat. (MT)
Sederhana itu indah, sukses dan berkelas itu anugerah tetapi hidup sesuai Firman itu keren.