Jumat 27 September 2019
NIAT BAIK BUKTI CINTA
1 Tawarikh 22-23; Zakaria 9; Yohanes 6:1-24
Ayat Mas / Renungan
1 Tawarikh 22:7-8 “kata Daud kepada Salomo: “Anakku, aku sendiri bermaksud hendak mendirikan rumah bagi nama TUHAN, Allahku, “tetapi firman TUHAN datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan telah kaulakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku…”
Niat saja sudah merupakan awal dari satu perbuatan. Jadi bila kita ada niat melakukan suatu kebaikan sudah merupakan nilai yang baik. Dalam pandangan umum bahwa niat saja sudah merupakan ibadah. ketika Daud berniat untuk membangun bait Allah sudah merupakan suatu bagian penerapan kasihnya kepada Allah. Itulah sebabnya Allah tidak mempersalahkan Daud berniat membangun bait Allah. Tetapi Allah melarang Daud melaksanakannya dengan satu atau lebih alasan. Daud tidak kecewa karena niatnya disetujui Allah sudah merupakan kebahagiaan bagi Daud. Salah satu alasan adalah Daud telah banyak menumpahkan darah. Sebenarnya Daud bisa saja mendebat Allah karena alasan tersebut. Karena Daud melakukan penumpahan darahdalam peperangan yang diperintahkan Allah. Tentu dalam hukum perang bahwa terjadinya saling membunuh adalah wajar. Karena bila tidak membunuh tentu dia akan dibunuh.
Dalam kasus Daud membunuh Goliat adalah merupakan bukti kepahlawanan Daud membela kehormatan nama Allah. Tetapi Allah menjadikan ini menjadi alasan Daud tidak boleh membangun bait Allah. Daud tunduk saja kepada perintah Allah. Apalagi Allah menentukan bahwa anaknyalah yang akan melaksanakannya. Berarti sekarang konsentrasi Daud bukanlah membangun bait suci tetapi membangun anaknya Salomo. Saatnya Daud mengarahkan anaknya untuk mentaati Allah dengan tekun dan mencari Tuhan dengan segenap hati. Tetapi Daud juga tetap melakukan sesuatu untuk terwujudnya pembangunan bait Allah. Atas ijin Allah Daud mengumpulkan berbagai material untuk terwujudnya pembangunan bait Allah. Selanjutnya Daud semakin memperkuat kepemimpinannya bukan hanya untuk kemajuan bangsa dalam kepemimpinannya tetapi memberi perhatian kepada anaknya yang sudah ditentukan Allah untuk menggantikannya menjadi raja Israel. Dia memberi kebebasan kepada para imam dan suku Lewi untuk mengatur cara yang baik untuk menyembah Allah. Tentu dia tidak melepaskan sepenuhnya tetapi mengadakan pendampingan. Dia sharingkan pengalaman kedekatannya dengan Allah yang tertuang dalam mazmur dan kidung penyembahannya kepada Allah.
Dengan demikian Daud telah berhasil membuat suatu landasan suatu kepemimpinan dengan memperkuat struktur kebangsaan juga struktur keagamaan. Semua dilakukan dengan mulai melibatkan anaknya Salomo yang masih muda belia. Harapannya adalah di kemudian hari anaknya akan berhasil membangun bangsa melebihi dirinya. (MT)
Niat yang baik untuk yang dicinta adalah bagian dari ibadah.