Selasa 24 September 2019
MEMBANGUN TEMPAT IBADAH
1 Tawarikh 17; Zaharia 6; Yohanes 4:43-54
Ayat Mas / Renungan
1 Tawarikh 17:1-2 “Setelah Daud menetap di rumahnya, berkatalah ia kepada nabi Natan: Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut perjanjian TUHAN itu ada di bawah tenda-tenda. Lalu berkatalah Natan kepada Daud: Lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab Allah menyertai engkau.”
Raja Daud merenungkan perjalanan hidup dan karirnya pada masa kejayaannya. Kemudian mulai menghitung segala kemenangan dan berbagai perolehan serta sukses demi sukses yang telah dia capai. Ternyata dia menemukan dirinya sedang menghitung berkat-berkat Tuhan yang telah dia terima. Bukan karena kehebatannya tetapi semua karena anugerah Tuhan. Suatu kenyataan yang ditemukannya adalah dia sedang menikmati rumah tinggal yang sangat indah, kokoh dan mentereng yang terbuat dari kayu aras berkualitas. Belum lagi berbagai interior yang indah hasil kreasi para ahli yang secara khusus dibuat untuk tempat tinggal seorang raja. Pada saat itulah timbul niat di dalam hatinya untuk membangun “bait Allah”. Jadi pembangunan bait Allah ternyata timbul dari hati uma tbukan dari hati Allah. Tetapi Allah tidak melarangnya karena Allah melihat motivasi umat bukanlah membatasi ruang gerak Allah. Allah melihat kebutuhan umat-Nya agar bersekutu bersama memuliakan Allah di tempat yang baik dan permanen bukan lagi di tenda-tenda seperti kebiasaan di pengembaraan yang terus terbawa hingga Israel sudah menetap di tanah perjanjian menjadi bangsa yang besar. Jadi pembangunan bait Allah dalam Perjanjian Lama dan pembangunan gedung gereja sebagai tempat umat beribadah bukanlah lahir dari hati Allah yang diperintahkan untuk dilakukan umat-Nya.
Hal itu lahir dari hati umat sebagai rasa syukur kepada Allah yang disetujui oleh Allah karena tidak bertentangan dengan kehendak-Nya. Alasan raja Daud adalah tidak baik bila rumahnya lebih indah dan lebih megah dari bait Allah sebagai tempat ibadah. Ketika Daud berbagi isi hatinya dengan nabi Natan, nabi pun merespon dengan berkata “lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu sebab Allah menyertai engkau”. Ternyata seorang nabi yang hidup taat kepada Allah pun menyetujuinya. Allah pun memberi respon yang baik. Allah setuju dengan pembangunan rumah ibadah tetapi bukanlah raja Daud yang melakukannya. Dalam hal ini jelas keterlibatan Allah. Walaupun timbul dari hati umat sebagai rasa syukur umatpun harus menyerahkan sepenuhnya kepada Allah karena Allah-lah yang mengatur. kemudian Allah memperbaharui janji-Nya kepada Daud tentang kerajaannya yang dikekalkan oleh Allah melalui anaknya Salomo yang ditetapkan Allah untuk membangun bait Allah. Allah ingin menyatakan bahwa membangun bait Allah itu penting tetapi menerima janji Allah tentunya lebih penting. Daud pun taat tidak memaksakan kehendaknya. Taat kepada aturan Allah karena dia tahu aturan Allah-lah yang terbaik. (MT)
Membangun bait Allah lahir dari hati umat sebagai rasa syukur kepada Allah tetapi disetujui oleh Allah.