Kamis 05 September 2019
TANGAN ALLAH
2 Raja-raja 14; Mikha 4; 2 Korintus 1
Ayat Mas / Renungan
2 Korintus 1:12 “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.”
Surat ke-dua kepada Jemaat Korintus ini ditulis rasul Paulus bersama dengan suratnya yang pertama, tetapi dengan tujuan yang berbeda. Surat pertama bertujuan membetulkan berbagai penyimpangan sekaligus bimbingan dalam hidup berjemaat dan menegor serta meluruskan berbagai pelanggaran moral yang tidak sesuai dengan standar moral Kristen. Surat ke-dua adalah memberi motivasi agar jemaat mayoritas tetap setia kepadanya dan ajarannya serta mengingatkan kelompok minoritas agar tidak terpengaruh kepada rasul-rasul palsu yang secara terbuka menentang rasul-rasul sejati dam ajaran-ajarannya. Di awal suratnya yang ke-dua ini rasul Paulus menjelaskan berbagai resiko yang harus dihadapi untuk memperjuangkan kebenaran Injil. Dia secara jujur mengungkapkan perasaannya “…beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami” (2 Korintus 1:8).
Rasul Paulus ingin menjelaskan bahwa hidup dalam kebenaran Injil sangat mungkin mengalami berbagai kesulitan yang berpotensi menjadikan hidup putus asa. Bila hal itu terjadi ada hal yang harus dipegang dan diyakini. Tetaplah setia karena Allah dalam Yesus Kristus tidak pernah berhenti mengasihi umat-Nya. Allah mengijinkan pencobaan maha berat supaya semua umat-Nya menikmati pengalaman spiritual hidup dekat dan hidup bersama Yesus dalam persekutuan yang sangat indah. Justru saat kesulitan menerpa adalah kesempatan indah memandang-Nya dan saat bersamaan Dia memberikan kasih karunia-Nya yang menuntun kepada hidup berkemenangan. Dalam keadaan sulit justru rasul Paulus bersukacita dan bermegah. Rasul Paulus menyaksikan bahwa pencobaan itu adalah tangan Allah yang membentuk hati nuraninya semakin tulus yang terterapkan dalam integritas perilakunya. Sudah sangat terbukti sepanjang hidup kekristenannya yang dijalani dengan penuh kesetiaan. Sepanjang hidupnya dia tegas menolak hidup serupa dengan dunia yang meyalibkan Yesus juruselamatnya. Sebaiknya kita pun perlu berjuang seperti rasul Paulus bertekun hidup dalam kekudusan hingga akhir hidupnya. Suatu dasar sukacita dan hidup bermegah adalah menghadapi berbagai pencobaan hidup dengan tabah. Karena sesungguhnya percobaan itu membuat kita menjalani hidup dengan ketulusan dan kemurnian bagi Kristus. (MT)
Pencobaan adalah tangan Allah yang membentuk umat-Nya semakin tulus dan setia.