Rabu 16 Mei 2018
BERKATA-KATA DALAM BAHASA ROH
Kisah Para Rasul 10:44-48
Berkata-kata dalam bahasa roh sudah sejak lama menjadi sumber perdebatan bagi gereja. Ada gereja yang mempraktekkan bahasa roh, ada gereja yang tidak mempraktekkannya malahan cenderung menolaknya. Hal ini berpotensi membingungkan orang percaya. Alkitabnya sama, Tuhannya sama tetapi kenapa hanya disebagian gereja saja. Dan sampai sekarang belum ada dogma gereja yang merumuskan bahasa roh untuk memberikan jawaban untuk menjawab kebutuhan jemaat. Alkitab juga menjelaskan kenyataan yang berkembang dalam gereja, bahwa ada bahasa roh yang salah dan ada bahasa roh yang benar (1 Korintus 14). Tidak dapat dipungkiri akan adanya gereja yang melebih-lebihkan bahasa roh dari karunia-karunia roh lainnya. Lagi pula rasul Paulus juga menasehati jemaat Korintus agar bahasa roh mempunyai pendamping yang berkarunia menafsirkan bahasa roh. Tidak jarang juga terjadi bahwa bahasa roh dalam ibadah menimbulkan ketidakteraturan dan terkesan kurang sopan.
Ada juga para teolog yang berpendapat bahasa roh berkaitan erat dengan sifat sejarah. Artinya bahasa roh dulu perlu atau dalam waktu tertentu dibutuhkan, tetapi kini atau saat-saat tertentu sudah tidak perlu dan tidak dibutuhkan lagi. Jelasnya tema bahasa roh adalah tema teologis yang sampai sekarang menjadi tema teologis yang tidak tuntas.
Dalam fakta Alkitabiah bahasa roh adalah satu-satunya karunia yang tidak dipraktekkan Yesus. Semua karunia termasuk bahasa roh bertujuan untuk membangun jemaat secara komunitas dan jemaat secara pribadi. Rasul Paulus menjelaskan dalam 1 Korintus 14:2, 28, bahwa bahasa roh itu adalah berkata-kata kepada Allah dan kepada diri sendiri. Itulah sebabnya rasul Paulus menasehatkan agar tidak berbahasa roh dalam perkumpulan orang percaya. Tetapi perlu kita akui bahwa berbahasa roh itu fakta dan tidak salah. Kalau ada orang yang membuat-buat untuk keren-kerenan dan ikut-ikutan bukan bahasa roh yang salah. Berkata-kata dalam bahasa roh dalam Kisah Para Rasul bertepatan dengan pertumbuhan gereja dan semaraknya pemeritaan Injil adalah fakta tak terbantahkan. Keluarga besar Kornelius yang baru saja menerima Injil dari rasul Petrus mengambil keputusan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya.
Ketika mereka berdoa bersama, mereka berkata-kata dalam bahasa roh. Setelah mengalami pengalaman rohani berbahasa roh, barulah mereka dibaptis. Berkata-kata dalam bahasa roh dalam gereja mula-mula tak terpisahkan dengan pemberitaan Injil. Jadi tidak perlu memperdebatkan bahasa roh. Rindukan dan alami saja secara benar dan tulus. Janganlah keren-kerenan jangan pula ikut-ikutan.
- M1 – Menerima : Terimalah Firman sebagai fakta sejarah dan kebenaran.
- M2 – Merenungkan : Apa yang terjadi atau yang dialami keluarga Kornelius sebelum dibaptis?
- M3 – Melakukan : Rindukan Roh Kudus memenuhi saudara dan alami indahnya berkata-kata dalam bahasa Roh.
- M4 – Membagikan : Sharingkan indahnya dipenuhi Roh Kudus