Rabu 31 Januari 2018
HAMBA YANG CERDIK
Lukas 16:1-9
Di sebuah keluarga kaya pada zaman Yesus menjalankan misinya, biasanya ada beberapa orang hamba. Salah seorang hamba biasanya mengurus keuangan keluarga. Dalam perumpamaan ini dijelaskan bahwa hamba yang mengurus keuangan ini tertuduh menghamburkan dan menggelapkan uang. Karena dia tahu bahwa tuan itu betul, untuk menyelamatkan diri dia menghapus hutang-hutang yang berhutang pada tuannya. Dengan tujuan bila dia dipecat dia bisa diterima menjadi bendahara pada orang yang telah dihapus hutangnya. Tetapi aneh karena “Lalu Tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu karena ia telah bertindak dengan cerdik” (Lukas 16:8).
Hamba ini jelas-jelas telah sangat merugikan tuannya, tetapi tuannya malah memuji tindakan yang tidak jujur atas nama kecerdikan, sungguh tuan yang aneh. Dan kalau kita cermati sepertinya Yesus pun merekomendasikan tindakan ketidakjujuran ini, sungguh hal yang sulit untuk diterima. Tetapi tunggu dulu. Sebuah perumpamaan biasanya memberi tekanan kepada beberapa kebenaran. Tetapi ada juga sebuah perumpamaan memberi tekanan yang fokus pada satu kebenaran. Dalam perumpamaan ini bukanlah membicarakan kejujuran tetapi fokus kepada kecerdikan. Di sini yang ditonjolkan adalah nilai kecerdikannya.
Yesus memerintahkan supaya anak-anak terang tidak boleh kalah cerdik dari anak dunia. Ingat bahwa yang dimaksud Yesus adalah cerdik bukan licik. Yang dimaksudkan Yesus bukan asal cerdik melainkan juga tulus, bukan pula asal tulus melainkan cerdik pula. Kecerdikan harus selalu berdampingan dengan ketulusan. Lihat, aku mengutus kamu seperti domba ke tengah Serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Matius 16). Penuai adalah hamba terutus. Terutus ke tempat yang sulit. Untuk mampu bersosialisasi di lingkungan yang sukar memang kita harus cerdik. Tetapi untuk bisa memaksimalkan kesaksian kita harus tulus.
Jadi jelas kan? Tuhan Yesus sama sekali tidak membenarkan ketidakjujuran bendahara ini, tetapi Yesus sedang menjelaskan betapa kita umat Tuhan harus mempunyai kecerdikan yang cukup dalam menghadapi persoalan hidup. Memang perumpamaan ini sangat rentan untuk di salah mengerti. Wajar saja sih, jadi untuk bisa memahaminya Kita harus berpikir cerdas, kerja keras dan bersikap ikhlas.
- M1 – Menerima : Terima firman dengan percaya bahwa dalam Yesus kita memperoleh kecerdasan.
- M2 – Merenungkan : Apakah pesan yang ingin disampaikan Yesus lewat perumpamaan ini?
- M3 – Melakukan : Milikilah kecerdasan yang tulus.
- M4 – Membagikan : Sharingkan indahnya kecerdikan yang tulus.