Jumat 26 Januari 2018
ITU-ITU, BEGITU-BEGITU SAJA
Lukas 17:7-10
Sesuatu yang rutin seringkali kita anggap membosankan, statis dan menyebalkan. Padahal sangat banyak yang kita kerjakan mau tidak mau harus rutin. Kita pun sering menggerutu itu lagi, itu lagi begitu lagi begitu lagi rutinitas! Sungguh membosankan. Tetapi tunggu dulu! Sesungguhnya rutin itu tidak selalu membosankan. Betul rutin itu adalah pekerjaan yang itu dan begitu lagi, atau kegiatan yang tetap dan teratur. Kalau seseorang bosan, kesalahan sesungguhnya bukanlah pada kegiatan yang rutin itu. Sikapnya kepada pekerjaan atau kegiatan itulah itu salah.
Dalam pembacaan Alkitab hari ini dikisahkan tentang seorang hamba yang tiap pagi membajak dan menggembalakan ternak. Tiap petang memasak dan menghidangkan makanan untuk tuannya. Dia mengerjakan itu dan begitu saja setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahun secara rutin. Ini boleh di sebut hamba serabutan yang jarang ada pada zaman Tuhan Yesus. Waktu itu hamba hanyalah mengerjakan satu jenis pekerjaan di rumah tuannya. Dalam hal ini Tuhan Yesus sedang menjelaskan totalitas seorang hamba dalam hal sikapnya kepada pekerjaan untuk melayani tuannya.
Ada tiga(3) dimensi yang dilakukan hamba ini dalam sikapnya kepada pelayanan sebagai hamba kepada tuan :
Pertama adalah dimensi lelah. Seorang hamba haruslah siap lelah, Karena melakukan banyak pekerjaan dalam waktu yang terbatas untuk menyenangkan tuannya. Walaupun dia lelah tetapi tidak mengeluh.
Kedua adalah dimensi rajin. Seorang hamba haruslah rajin mengerjakan pekerjaan apa saja tanpa memilih-milih. Bahkan di sini tidak perlu mempertimbangkan talenta. Pokoknya ada tenaga, ada pekerjaan, ada waktu ada yang dilayani kerjakan sajalah.
Ketiga adalah dimensi rutin. Seorang hamba mengerjakan pekerjaan yang sama dan rutin setiap hari tidak pernah bosan. Semuanya dikerjakan secara tertib setiap hari. Justru makin rutin, makin terampil dan makin cekatan. Dia tetap sukacita karena sikap hatinya yang baik terhadap pekerjaan itu.
Dan apabila seorang hamba telah melakukannya dia tidak menuntut tuan yang dilayaninya berterima kasih kepadanya. Dia justru berkata Kami adalah hamba-hamba yang tak berguna kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.
Seorang penuai tentu melakukan berbagai upaya dalam pelayanan penuaian. Penuai hanyalah seorang hamba sebab Tuhan-lah yang mempunyai tuaian. Tentu kita dihadapkan kepada berbagai kegiatan yang melelahkan dan rutinitas yang membosankan tetaplah bersemangat, milikilah sikap hati yang baik terhadap pelayanan itu. Tak perlu menuntut karena Penuai hanyalah melakukan apa yang harus dilakukan.
- M1 – Menerima : Bacalah firman dan terimalah pesannya.
- M2 – Merenungkan : Buka hati untuk disentuh firman yang saudara baca.
- M3 – Melakukan : Milikilah sikap yang benar terhadap pelayanan saudara.
- M4 – Membagikan : Sharingkanlah sukacita saudara dalam pelayanan.