Kamis 25 Januari 2018
HAMBA YANG TAHU DIRI
Matius 13:24-30
Sebagian perumpamaan yang diajarkan Yesus adalah memakai konteks hamba dan majikan atau tuan. Tetapi sesungguhnya perumpamaan ini sama sekali bukanlah menjelaskan tentang hamba atau majikan. Perumpamaan ini berusaha menjelaskan hubungan hamba dengan tuan. Atau lebih jelasnya gaya hidup yang dibangun dalam hubungan seorang hamba dan tuan. Boleh juga disebut menjelaskan gaya hidup menghamba dalam kerajaan Allah.
Dalam perumpamaan lalang diantara gandum tentu saja bukanlah menjelaskan perbedaan atau persamaan lalang dengan gandum. Perumpamaan ini menjelaskan ada seorang hamba yang cerdas, cekatan dan pintar mengajukan solusi atas sebuah persoalan. Dia segera mengetahui bahwa ladang tuannya yang sudah diusahai dengan baik ternyata telah disusupi lalang. Karena hamba ini memang cerdas dan cekatan dia segera mengajukan solusi serta ingin segera mencabut lalang itu. Tetapi anehnya tuan melarang dengan keras. Hamba yang cerdas itu tunduk kepada tuannya. Betul! Tuanlah yang berhak menentukan kebijakan. Hamba yang benar harus tahu diri, tidak boleh mendahului tuannya. Ladang itu bukan milik hamba jadi tidak boleh bertindak sebagai pemilih apalagi sebagai penguasa. Hamba harus tunduk kepada kebijakan tuan secara utuh. Hamba harus terus menghamba. Kecerdasan seorang hamba tidak akan pernah mengubahnya. Dia harus tetap fokus kepada instruksi tuannya. Seorang hamba harus mempunyai kepatuhan total kepada tuannya dan tetap meletakkan diri kepada kehendak tuannya. Seorang hamba jangan pernah mensejajarkan diri dengan tuannya. Hubungan penuai dengan Tuhan adalah hubungan hamba dengan Tuhan. Setangguh apapun seorang Penuai dia tetap hamba. Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari tuannya (Yohanes 13:16).
Seorang tuan lebih tahu kebijakan yang paling tepat dan hamba harus selalu siap melakukannya. Dalam perumpamaan ini, tentu saja hamba bisa beralasan lebih cerdas dari tuannya, karena yang langsung berurusan dengan tanam-menanam adalah hamba. Tetapi hamba harus tetap tahu diri, karena dia adalah hamba. Dalam hubungan penuai tangguh dengan Tuhan, sudah pasti Tuhan tidak salah dalam membuat berbagai kebijakan untuk dilakukan. Kebijakan tuan dalam perumpamaan ini adalah “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai” (Matius 13:30). Rasanya kebijakan yang kurang bijak. Tetapi hamba tahu diri, dia tidak lagi memberi usul. Dia tahu bahwa walaupun dia cerdas haruslah tetap tunduk kepada tuan.
Setangguh apapun seorang penuai teruslah tahu diri bahwa dia hanyalah seorang manusia yang terbatas. Tetaplah tunduk kepada Tuhan tetapi Bangkitlah!
- M1 – Menerima : Terima firman dengan menyadari diri saudara adalah hamba.
- M2 – Merenungkan : Mengapa gandum dan lalang dibiarkan tumbuh bersama?
- M3 – Melakukan : Tetaplah menghamba.
- M4 – Membagikan : Sharingkan sukacita saudara dalam pelayanan.