Jumat 19 Januari 2018
MENYATAKAN PERASAAN KEPADA ALLAH
Mazmur 37:1-11
Seorang ibu yang sederhana mempunyai kebiasaan menangis. Kalau senang dia menangis, kalau marah dia menangis, kalau lagi susah dia pun menangis. Kalau ditanya mengapa menangis? Biasanya dia tidak bisa menjawab. Ada lagi seorang ayah, bila senang dia marah, bila susah dia marah, bila kesepian dia marah juga. Tetapi bila ditanya, dia pun tidak bisa menjawab. Baik si ibu, baik si ayah cuma bisa menjawab perasaankulah yang membuatku demikian. Ayah dan ibu ini dapat dikategorikan sebagai orang yang berperasaan tumpul dan buta. Ada juga orang yang mempunyai perasaan yang datar. Dalam susah dan senang ekspresi wajahnya sama saja, sehingga sangat sulit membedakan apakah dia sedang susah, apakah dia sedang bersuka. Padahal sesungguhnya hidup itu kaya dengan gelombang perasaan. Kemarin kita senang dan tertawa hari ini kita susah dan menangis. Kemarin kita tenang berdiam diri hari ini kita Mendamba dan berusaha memperoleh sesuatu.
Dan dalam menghadapi kehidupan kita sangat membutuhkan ketajaman dan kecerdasan perasaan. Perasaan adalah pemberian Tuhan yang sangat berharga.
Jadi kita harus belajar menyalurkan perasaan secara tepat dan benar. Tetapi juga perlu belajar mengenal dan memahami perasaan orang lain. Kita perlu menyalurkan perasaan dalam bentuk yang produktif, tetapi juga bijak meresponi perasaan orang lain yang kadang dialamatkan kepada kita dalam bentuk yang destruktif. Dalam Matius 9:36; Tuhan menyalurkan dan memanfaatkan perasaan-Nya secara konstruktif, yakni “tergerak hati dan belas kasihan”. Tetapi itu tidak mudah. Jangankan memanfaatkan, memahaminya saja sangat susah. Perasaan itu cukup rumit karena sering berubah. Kita sering menekan perasaan tetapi juga sering mengumbarnya.
Kita sering menyangkalnya tetapi juga melampiaskan. Padahal kalau kita memanfaatkannya secara tepat perasaan itu sangat berfaedah. Perasaan itu adalah suatu kekuatan. Bisa merusak diri dan orang lain tetapi bisa juga membangun diri sendiri dan orang lain. Perasaan itu seperti mobil dan kita pengemudinya. Jadi kitalah yang harus mengendalikan perasaan bukan sebaliknya.
Pada pembacaan Alkitab hari ini pemazmur menggubah sebuah Mazmur yang berisikan bahwa dia cukup berhasil mengendalikan perasaannya sehingga mampu membangun diri dan juga membangun orang lain.
- M1 – Menerima : Saat membaca Firman terimalah pesannya dengan baik.
- M2 – Merenungkan : Sambil membaca ijinkan Firman menyentuh hati saudara.
- M3 – Melakukan : Belajarlah mengendalikan perasaan.
- M4 – Membagikan : Sharingkanlah dengan teman cara tepat memanfaatkan perasaan dengan baik