Kamis 18 Januari 2018
KETUNDUKAN TOTAL KEPADA ALLAH
Ayub 42:1-17
“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya” (1 Petrus 5:7).
Merendahkan diri dipertegas dengan memposisikan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat berarti memiliki ketundukan total kepada Allah. Dapat digambarkan, ketika kita mulai mendongakkan kepala maka kita harus mengijinkan tangan Allah menekan kepala agar kembali merendah ke posisi semula. Pada perjalanan panjang menghadapi penderitaannya Ayub terus belajar untuk tunduk. Sangat beralasan bila Ayub sempat menuduh Allah tidak adil terhadap dirinya. Rupanya Ayub sangat sadar bahwa Dia tergolong orang baik dan Saleh. Allah pun memperkenalkan Ayub sebagai orang saleh, jujur dan takut kepada Allah serta menjauhi kejahatan. Dengan kata lain Ayub adalah seorang yang berintegritas dan bermoral bersih. Atas izin Allah iblis menyerang Ayub. Bukan harta, keluarga dan kesehatan yang diserang iblis tetapi karakter Ayublah tujuan iblis. Allah seperti menonton Ayub diserang iblis habis-habisan. Sebelumnya Ayub selalu aman dalam perlindungan Allah. Tetapi sekarang Allah membiarkan Ayub berjuang sendiri. Nasehat istri Ayub menjelaskan inti dari semua penderitaan adalah agar Ayub berhenti mempercayai Allah sebagai Allah Mahakuasa dan Mahakasih. Tetapi di akhir perjuangan Ayub, dia menyatakan kerendahan hatinya juga ketundukannya yang total kepada Allah.
Ayub membuat 3 pengakuan yang jujur. Pertama, Ayub mengakui bahwa segala sesuatu rancangan Allah untuk umat-Nya selalu baik. Kedua, segala sesuatu yang diinginkan Allah terjadi untuk umat-Nya selalu didasari dengan hikmat-Nya yang sempurna dengan tujuan mendatangkan kebaikan. Ketiga, bahwa semua penderitaan umat-Nya bukanlah penderitaan tanpa makna. Penderitaan yang diijinkan menerpa umat-Nya selalu mempunyai makna dan tujuan bernilai kekekalan. Ayub pasal 42 ini adalah merupakan klimaks pertobatan dan pemulihan Ayub. Mungkin kita beranggapan anak Tuhan sebaik Ayub tidak perlu bertobat. Ayub mengaku pemahamannya yang terbatas mengenai Allah justru semakin jelas setelah penderitaannya. “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5).
Sangat terbukti melalui pengakuan Ayub dalam Ayub 42 ini bahwa melalui ujian yang berat Ayub terbentuk menjadi sosok yang mempunyai ketundukan yang total kepada Allah.
- M1 – Menerima : Terima Firman Tuhan itu sebagai fakta sejarah.
- M2 – Merenungkan : Saat membaca Firman posisikan diri saudara sebagai Ayub.
- M3 – Melakukan : Miliki ketundukan total kepada Allah.
- M4 – Membagikan : Sharingkan pengenalan saudara kepada Allah.