MENANG DALAM PENGAMPUNAN YANG TULUS
“Lalu dipeluknyalah leher Benyamin, adiknya itu, dan menangislah ia, dan menangis pulalah Benyamin pada bahu Yusuf. Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia.” (Kejadian 45:14-15)
Mempelajari fakta kejahatan saudara-saudara Yusuf tentulah tidak mudah baginya untuk mengampuni. Ternyata, pengenalan Yusuf kepada Allah telah membuatnya berwawasan luas untuk memahami segala peristiwa, termasuk tindakan-tindakan jahat yang dilakukan saudara-saudaranya kepadanya.
Yusuf meyakini bahwa Allah berkuasa atas tindakan-tindakan jahat untuk diarahkan pada tujuan dan kehendak-Nya, kepada umat yang taat dan takut kepada-Nya. Pemahaman Yusuf ini menjadi dasar yang kuat baginya untuk tidak pernah menyimpan dendam atas kejahatan saudara-saudaranya.
Betul bahwa Yusuf adalah seorang manusia biasa yang punya keterbatasan, dan tentu sulit mengampuni orang yang melakukan kejahatan yang melampaui batas terhadap dirinya. Tetapi karena Yusuf percaya akan pemeliharaan Allah kepadanya, ia pun mengetahui bahwa segala perbuatan jahat terhadap dirinya bukan hanya tidak mengubah rencana Allah, tetapi justru diizinkan Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi dirinya.
Tak ada gunanya menyimpan kejahatan; lebih baik segera mengampuni. Perjalanan panjang yang diisi dengan kejadian-kejadian yang menyengsarakan telah membuat Yusuf menerima hadiah besar dari Allah, yang menjadikannya orang kedua di Mesir. Saat Yusuf menjadi pembesar di Mesir, justru saudara-saudaranya hidup sengsara karena terjadi kelaparan secara menyeluruh di Timur Tengah. Makanan hanya ada di Mesir karena kepemimpinan Yusuf. Keadaan memaksa saudara-saudara Yusuf untuk memperoleh makanan di Mesir. Di sanalah mereka bertemu dengan Yusuf. Mereka tidak mengenal Yusuf, tetapi Yusuf sangat mengenal mereka.
Dengan cara yang bijaksana, Yusuf menguji kakak-kakaknya untuk memastikan apakah sikap mereka kepadanya telah berubah, dengan menjadikan Benyamin sebagai korban pengganti dirinya. Terbukti mereka telah berubah, karena mereka melindungi Benyamin. Yusuf memeluk dan menangisi kakak-kakaknya sebagai bukti bahwa ia memberikan pengampunan yang tulus. Sangat beralasan bila Yusuf menghukum kakak-kakaknya, tetapi Yusuf memilih sikap yang benar dan tepat: mengampuni dengan setulus hati. MT
Minggu 10 Agustus 2025