Sabtu 27 Desember 2025
KIDUNG PUJIAN BUNDA MARIA
Bacaan Sabda : Lukas 1:39-56
“Lalu kata Maria: ‘Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.” (Lukas 1:46-47)
Kidung pujian Bunda Maria dan Bunda Hana dilatarbelakangi oleh peristiwa yang sama, yaitu tentang melahirkan seorang anak. Meskipun kisah keduanya berbeda, namun tanggapan mereka sama: menaikkan pujian bagi Allah.
Pertemuan antara Maria dan Elisabet, yang sama-sama sedang mengandung, merupakan pertemuan dua wanita yang diberkati melalui keajaiban ilahi. Elisabet mengandung di masa tuanya — sesuatu yang secara logika tidak mungkin terjadi. Namun, karena anak yang dikandungnya adalah bagian dari rencana Allah, maka mujizat pun terjadi.
Sementara itu, Maria mengandung oleh Roh Kudus, dalam keadaan masih suci — tanpa hubungan dengan laki-laki mana pun. Anak yang dikandungnya adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan manusia, maka mujizat yang lebih besar pun terjadi.
Dalam pertemuan yang istimewa itu, mujizat kembali terjadi: Yohanes yang masih dalam kandungan Elisabet melonjak kegirangan menyambut kehadiran Yesus yang masih dalam kandungan Maria.
Melalui peristiwa itu, Allah meneguhkan janji-Nya kepada Maria. Elisabet pun berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan, dan diberkatilah buah rahimmu! Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
Suatu pernyataan profetik yang sangat mengangkat jiwa dan iman Bunda Maria. Dalam sukacita itu, Maria segera merespons dengan menaikkan kidung pujian bagi Allah.
Sama seperti Bunda Hana, kidung pujian Maria juga sarat makna rohani yang dalam dan bernilai kekal. Sama dengan Hana, Maria meluapkan rasa syukurnya atas kuasa, kasih, dan kebaikan Allah. Ia bersyukur karena anak yang dikandungnya adalah Putra Allah, yang kerajaan-Nya bersifat abadi.
Kenyataan ini diterima Maria dengan rasa gembira yang murni, semangat yang menyala, dan keyakinan yang penuh iman. Maria bersukacita karena Putra-Nya akan membawa solusi bagi umat yang tertindas.Melalui kidung pujiannya, Maria menubuatkan bahwa Putra-Nya akan mengadakan revolusi mental, moral, dan spiritual. Ia yakin bahwa kelahiran Sang Juruselamat akan mengubah tatanan sosial yang telah lama terpecah dan kaku. Pesan yang tersirat dari peristiwa ini begitu indah: Natal adalah saat Allah menyatakan kasih-Nya melalui umat-Nya. MT
Merayakan Natal adalah mewujudkan kasih kepada Allah dan sesama.








