Sabtu 01 November 2025
STANDART ALLAH BUKAN ORANG LAIN
Bacaan Sabda : Ayub 42:1-10
“Setelah Ayub mendoakan sahabat-sahabatnya, TUHAN memulihkan keadaan Ayub, dan ia memperoleh dua kali lipat dari sebelumnya” (Ayub 42:10)
Semua ukuran hidup kerohanian harus selalu diukur dengan standar Allah, yaitu Firman-Nya. Hal ini penting, sebab kita sangat mudah terperangkap dalam kebiasaan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, lalu berkesimpulan bahwa kita sudah cukup baik. Padahal, ukuran kerohanian harus disesuaikan dengan Batu Penjuru, yaitu Kristus (Efesus 2:20).
Bagaimana kita bisa seukuran dengan Kristus? Tentu dimulai dengan mengakui kesalahan diri sendiri, bukan dengan mengungkap kesalahan orang lain. Dilanjutkan dengan pertobatan pribadi, bukan mengharapkan pertobatan orang lain. Ketika Ayub berhadapan dengan Allah, ia tidak mempermasalahkan kesalahan sahabat-sahabatnya yang menuduhnya. Ia justru mengakui kesalahannya sendiri di hadapan Allah. Setelah itu barulah Allah menegur ketiga sahabat Ayub. Ayub tahu sahabat-sahabatnya salah, tetapi kesalahan mereka adalah urusan mereka dengan Allah, bukan urusannya.
Demikian pula ketika beberapa orang datang kepada Yesus dan menceritakan tentang orang-orang Galilea yang mati karena kejahatan Pilatus. Yesus menjawab: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain karena mereka mengalami nasib tragis itu? Tidak! Kata-Ku kepadamu: Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa dengan cara demikian.”
Banyak orang terlalu sibuk mencari kesalahan orang lain, menilai penderitaan orang lain, atau bahkan berspekulasi tentang nasib mereka. Padahal, menurut Tuhan Yesus, itu hanyalah membuang-buang energi. Yang lebih penting adalah terus-menerus menemukan kesalahan dalam diri sendiri, lalu datang kepada Allah dengan hati yang bertobat.
Dalam pembacaan Firman hari ini, Tuhan Yesus menegur kebiasaan buruk kita yang berkata dalam hati: “Saya tidak seburuk orang lain, karena itu saya sudah cukup baik.” Saatnya berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Bandingkanlah diri dengan standar kebenaran sejati, yaitu Kristus dan Firman-Nya.
Banyak orang berusaha memperbesar dosa orang lain agar dosanya sendiri tampak kecil dan wajar. Berhentilah mengecilkan atau merasionalisasi dosa sendiri. Temukan kelemahan dan kesalahan dalam dirimu, lalu bertobatlah. Pertobatan sejati selalu berseru: “Tuhan, aku masih salah dan berdosa. Tolonglah aku, dan ubahlah aku.” MT
Ukur kerohanian dengan Firman, bukan manusia; akui salah, bertobat pribadi, berhenti membandingkan, hidup suci, berpusat Kristus, alami pembaruan sejati.





