Minggu 26 Oktober 2025
MISKIN TAPI KAYA (2)
Bacaan Sabda : Mazmur 37:23-40
“Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya.” (Mazmur 37:23-24)
“Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, dan kelak entah kapan aku akan…”. Pemazmur tua yang pernah muda tampaknya tidak takut menghadapi masa tuanya, sebab tua adalah anugerah. Hanya saja, masa tua sering dianggap sebagai masa yang miskin harapan, bahkan seakan tidak lagi memiliki masa depan. Namun, tidak ada gunanya memprotes keadaan ini. Masakan seorang yang berusia tujuh puluh tahun masih bercita-cita menjadi atlet, pilot, atau foto model?
Kalau menyanyikan lagu pop Indonesia yang cocok bagi orang tua, mungkin yang tepat adalah “Patah Hati” karya Rachmat Kartolo: “Bila ku terkenang akan masa yang silam, air mata berlinang…”
Benar juga, orang tua memang miskin masa depan. Tetapi mereka memiliki kekayaan masa lalu.
Lalu, mana yang lebih baik: kaya masa depan atau kaya masa lalu? Tidak ada jawaban pasti. Yang jelas, kita perlu menyadari bahwa masa lalu sudah nyata, sedangkan masa depan masih berupa bayangan. Masa lalu sudah dilewati, sementara masa depan belum ditempuh. Masa lalu sudah dimenangkan, sedangkan masa depan masih harus diperjuangkan. Masa lalu memiliki cerita, sementara masa depan masih membisu karena belum terukir.
Ada beberapa sikap orang tua terhadap kekayaan masa lalunya, antara lain:
- Masa bodoh terhadap masa lalu. Mereka berkata, “Masa lalu biarlah berlalu.”
- Menyembunyikan masa lalu. Mungkin karena aib atau penderitaan, sehingga dipilih untuk tidak diungkapkan.
- Membenci masa lalu. Rasa sakit akibat kekejaman atau ketidakadilan membuat seseorang membenci masa lalunya.
- Menyesali masa lalu. Pernah salah mengambil keputusan atau menyia-nyiakan kesempatan bisa membuat seseorang terus merasa bersalah.
- Mendewakan masa lalu. Masa lalu yang indah selalu dikenang, sehingga timbul kerinduan untuk bisa kembali kepadanya.
- Mensyukuri masa lalu. Segala hal yang sudah dijalani dan diisi dengan baik menjadi alasan untuk bersantai dan bersyukur kepada Tuhan.
- Membuahkan masa lalu. Memetik keindahan dan hikmah masa lalu, lalu mengintegrasikannya dalam kehidupan masa kini, sehingga bermanfaat bagi diri sendiri maupun sesama. Dengan membuahkan masa lalu, kita mewariskan keuletan, ketangguhan, kebijaksanaan, dan kesetiaan. MT
Masa tua anugerah; syukuri, buahkan masa lalu, wariskan hikmat.




