Rabu 08 Oktober 2025
PERTOBATAN MASAL YANG DITENTUKAN TUHAN
Bacaan Sabda : Yunus 3:10
“Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.” (Yunus 3:1-10)
Untuk kedua kalinya Allah mengutus Nabi Yunus menyampaikan amanat penting ke kota Niniwe. Kali ini, Yunus tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Ia taat dan pergi. Tanggung jawab Yunus hanyalah menyampaikan firman Tuhan; soal orang Niniwe menerima atau menolak, itu bukan urusannya. Yunus menyampaikan firman Tuhan dengan tegas, tanpa memperlunak. Ia tidak hanya memberitakan kemurahan Allah, tetapi juga murka Allah atas kejahatan penduduk Niniwe. Ia tidak hanya menyampaikan pengampunan, tetapi juga hukuman Allah.
Para pengkhotbah akhir zaman patut waspada agar tidak memperlunak Injil dengan cara menghindari ajaran dan etika firman Tuhan yang tegas terhadap perilaku yang bertentangan dengan moral. Khotbah harus dengan jelas menegur dosa dan akibatnya, supaya pendosa bertobat dan berbalik dari jalan yang salah.
Respon penduduk Niniwe terhadap khotbah Yunus sungguh luar biasa. Mereka percaya dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Raja Niniwe turun dari singgasana, mengganti jubah kehormatan dengan kain kabung, lalu duduk di abu. Ia memaklumkan puasa, bukan hanya atas seluruh penduduk, tetapi juga atas seluruh ternak di kota itu. Tuhanlah yang menetapkan terjadinya pertobatan massal di Niniwe.
Penulis sering mengontraskan khotbah Nabi Yunus dengan khotbah Stefanus. Sekali berkhotbah saja, Yunus berhasil membuat seluruh kota Niniwe—yang penduduknya lebih dari 120.000 orang, yang bahkan tidak tahu membedakan tangan kanan dari kiri (Yunus 4:11)—bertobat. Artinya, mereka tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Berbeda dengan Stefanus. Ia berkhotbah dengan penuh kuasa, menyampaikan firman Tuhan secara lengkap dan penuh kharisma, tetapi tidak seorang pun bertobat. Malahan, ia dilempari batu sampai mati. Namun, dampak khotbah dan kematian Stefanus ternyata jauh lebih besar daripada khotbah Yunus, sebab pengaruhnya terus berlanjut.
Khotbah Yunus adalah firman Tuhan yang disampaikan. Sedangkan khotbah Stefanus adalah firman yang lengkap, disertai kesaksian hidup dan kematiannya. Pertobatan massal penduduk Niniwe ditentukan oleh Tuhan melalui khotbah Yunus. Demikian pula sikap orang-orang yang melempari Stefanus adalah bagian dari ketetapan Tuhan, yang akhirnya dipakai-Nya untuk menghasilkan pertobatan jauh lebih besar daripada yang terjadi di kota Niniwe. MT
Firman Tuhan harus disampaikan dengan tegas, pertobatan sejati terjadi oleh kuasa-Nya.