Minggu 05 Oktober 2025
BAHAGIANYA MENJADI ANAK TUHAN YANG TAAT
Bacaan Sabda : 1 Petrus 1:13-25
“Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.” (1 Petrus 1:13-25)
Dalam perjalanan panjang di ladang pelayanan, ada satu hal yang selalu penulis ingin sampaikan kepada kita semua, yaitu: “Bahagianya menjadi anak Tuhan yang taat.” Dalam keluarga, anak yang taat kepada orang tua selalu diberkati. Di sekolah, anak yang taat pada peraturan dan disiplin sekolah selalu disayangi guru. Di lingkungan masyarakat, seseorang yang taat pada peraturan umum dan etika yang berlaku biasanya mendapat banyak kemudahan. Karena itu, sangat tepat bila kita menyimpulkan: “Bahagianya menjadi anak Tuhan yang taat.”
Jika demikian, alangkah baiknya bila kita belajar menjadi anak Tuhan yang taat. Firman Tuhan berkata: “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat, dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu. Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu, sama seperti Dia yang kudus yang telah memanggil kamu.” (1 Petrus 1:14–15). Menjadi anak Tuhan yang taat bukanlah pilihan, melainkan perintah yang harus ditaati.
Untuk membangun ketaatan, ada tiga prinsip yang perlu kita lakukan:
- Buatlah komitmen tegas untuk menjadi anak Tuhan yang taat. Jika sudah berkomitmen, peganglah dengan teguh. Ingatlah, kualitas hidup seseorang dapat diukur dari kekuatan memegang dan melaksanakan komitmennya. Bila ada ujian yang mengguncang komitmen itu, segera perbarui kembali.
- Pastikan bahwa setiap kegiatan hidup kita merupakan bentuk ketaatan kepada Tuhan. Baik ketika bekerja, berdoa, maupun membangun rumah tangga—semuanya hendaknya menjadi wujud ketaatan kepada-Nya.
- Teruslah belajar hidup semakin taat kepada Tuhan. Firman Tuhan berkata: “Dan sekalipun Dia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.” (Ibrani 5:8–9)
Kristus menjadikan penderitaan sebagai pembelajaran untuk semakin taat kepada Allah Bapa. Dengan demikian, ketaatan dapat dicapai melalui proses belajar yang tidak pernah berhenti.
Ketaatan pada akhirnya membuahkan kekudusan. Tuhan Yesus yang taat adalah Tuhan Yesus yang kudus. Allah itu kudus, dan apa yang berlaku bagi Allah harus berlaku juga bagi umat-Nya. Kekudusan adalah tujuan dan maksud Allah ketika memilih kita. Semua nilai kerohanian dimulai dan dimiliki melalui ketaatan. Karena itu, teruslah belajar semakin taat, sebab sungguhlah benar: “Alangkah bahagianya menjadi anak Tuhan yang taat.” MT
Lakukan seluruh kebaikan sebagai ketaatan kepada Allah.