Sabtu 04 Oktober 2025
DIBUTUHKAN KERENDAHAN HATI
Bacaan Sabda : 2 Petrus 1:12-21
“Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.” (2 Petrus 1:12)
Tafsir-menafsir Alkitab telah berlangsung sepanjang sejarah Gereja. Kutip-mengutip ayat Alkitab pun sudah terjadi, sedang berlangsung, dan akan terus terjadi sepanjang sejarah manusia. Sesungguhnya, tidak ada yang salah dengan menafsirkan dan mengutip Alkitab. Namun, alangkah baiknya jika kita membiarkan Alkitab menafsirkan dirinya sendiri.
Firman Tuhan berkata: “Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Petrus 1:20–21). Ayat ini tidak melarang siapa pun menafsirkan Firman Tuhan. Hanya saja, penafsir harus berpegang pada kebenaran, yaitu bahwa Firman Tuhan pasti benar dan tidak mungkin salah. Yang sering salah adalah pemahaman kita terhadap Firman itu.
Apabila seorang penafsir menemukan kesalahan pada tafsiran yang sudah sempat dipublikasikan, ia harus rendah hati mengakuinya dan meminta maaf. Sikap ini jauh lebih mulia daripada mengelak atau mendiamkannya hingga orang melupakannya.
Rasul Petrus, pada masa tuanya menjelang kematian, mengingatkan orang percaya agar tetap beriman dan antusias menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, yang akan mengangkat umat-Nya. Namun, keyakinan itu jangan pernah didasarkan pada dongeng atau isapan jempol manusia.
Pada waktu itu, kerinduan akan kedatangan Yesus sangat kuat, terutama karena penganiayaan berat terhadap para pengikut Kristus. Akibatnya, bermunculanlah berbagai tafsiran tentang kedatangan Yesus kedua kali. Ada yang berdasarkan pengalaman spiritual, ada yang bersumber dari mimpi dan penglihatan, bahkan ada yang muncul dari penafsiran-penafsiran logis. Apa pun bentuknya, Rasul Petrus menyebut semuanya sebagai “dongeng isapan jempol manusia.” Syukurlah, ketika Petrus mengingatkan jemaat, mereka menanggapinya dengan baik.
Sepanjang sejarah Gereja, penafsiran Alkitab akan terus berlanjut. Hal itu bukan masalah, selama penafsir berani mengakui kesalahannya bila memang salah. Sekali lagi perlu ditegaskan: Firman Tuhan pasti benar, tetapi pemahaman kita terhadap Firman itu sering kali keliru. Karena itu, teruslah belajar menafsirkan Firman Tuhan. Namun ingat, dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kesalahan, serta kerelaan hati untuk meminta maaf secara terbuka apabila tafsiran kita sudah dipublikasikan.
Ingatlah: nubuat yang benar selalu bersumber dari Allah, dan tidak pernah lahir dari kecerdasan manusia yang terbatas. MT
Tafsir yang paling benar dan tepat adalah membiarkan Alkitab menafsirkan Alkitab dengan menerima seluruh Alkitab satu keseluruhan (Kejadian – Wahyu)