Kamis 02 Oktober 2025
MENYONGSONG KEMATIAN DENGAN SEJAHTERA
Bacaan Sabda : Ulangan 32:48-52
“Naiklah ke atas pegunungan Abarim, ke atas gunung Nebo, yang di tanah Moab, di tentangan Yerikho, dan pandanglah tanah Kanaan yang Kuberikan kepada orang Israel menjadi miliknya” (Ulangan 32:48-52)
Dalam Ulangan 32:48–52, Allah memerintahkan Musa untuk naik ke gunung Nebo dan memandang Tanah Kanaan, sebab pada hari itu juga Musa akan mati. Tanpa ragu dan tanpa rasa cemas, Musa melakukan semua perintah Allah. Ia menasihati bangsa Israel, kemudian memberkati suku-suku Israel. Setelah itu, dengan tenang, Musa naik ke gunung Nebo, menyongsong kematiannya dengan hati yang penuh damai sejahtera.
Peristiwa ini menjelaskan kepada kita bahwa orang yang hidup bersekutu dengan Allah tidak akan takut menghadapi kematian. Musa hanya sempat sekejap memandang Tanah Kanaan yang telah ia perjuangkan selama lebih dari empat puluh tahun, sebelum akhirnya ia meninggal. Namun, sedikit pun ia tidak merasa kecewa meskipun tidak ikut masuk ke dalamnya. Musa sudah cukup puas melihat Tanah Perjanjian yang sebentar lagi akan menjadi milik bangsa Israel dan keturunannya. Ia lebih fokus mempersiapkan dirinya menghadapi kematian. Bagi Musa, Kanaan memang indah, tetapi seindah-indahnya Kanaan, itu hanyalah kota yang akan berlalu. Ia rela menghadapi kematian, karena baginya kematian hanyalah pintu gerbang untuk memasuki kota yang dibangun oleh Allah sendiri.
Musa adalah seorang nabi yang dihormati karena persekutuannya yang intim dengan Allah. Ulangan 32 berisi nyanyian Musa—sebuah syair indah yang menanamkan nilai kebenaran kepada bangsa Israel. Melalui nyanyiannya, Musa menegaskan bahwa seluruh keberadaan umat Allah adalah hasil dari kesetiaan dan kemurahan Allah. Sebab Tuhan sendirilah yang menuntun serta memelihara umat-Nya. Musa juga mengingatkan bahwa ketidaksetiaan dan pemberontakan akan mendatangkan hukuman Allah yang keras di masa yang akan datang. Tuhan mengetahui kecenderungan dasar umat-Nya yang sering tidak setia. Namun, pada saat yang sama, bangsa ini juga mau belajar untuk terus berpaling kepada Allah dan semakin mengenal-Nya.
Sesungguhnya, kerinduan utama semua orang percaya seharusnya adalah mengenal Allah dan menikmati persekutuan dengan-Nya. Itulah kehormatan sekaligus hak terbesar bagi umat Tuhan. Persekutuan dengan Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus merupakan janji serta upah terbesar bagi orang percaya.
Musa memang tidak diizinkan Allah untuk masuk ke Tanah Perjanjian sementara sebelum mati. Namun, setelah kematiannya, Tuhan justru membawa Musa ke Tanah Perjanjian yang abadi. Hal ini tampak jelas ketika Yesus dimuliakan di atas gunung di hadapan murid-murid-Nya. Saat itu para murid menyaksikan Yesus berbicara dengan Musa dan Elia. Betapa mengagumkannya penampakan itu, hingga murid-murid ingin membangun tiga kemah bagi Yesus, Musa, dan Elia. Tidaklah berlebihan bila kita menyimpulkan renungan ini dengan judul: “Musa menyongsong kematiannya dengan hati penuh damai sejahtera.” MT
Kematian tak terhindarkan tetapi bisa dihadapi dengan keberanian dan kebahagiaan.