Rabu 17 September 2025
JIKA TUHAN MENGHENDAKI
Bacaan Sabda : Yakobus 4:13-17
“Sebenarnya kamu harus berkata: ”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yakobus 4:15)
Penerima surat Yakobus, di antaranya adalah jemaat Tuhan yang terdiri dari para pedagang kaya. Biasanya, mereka membicarakan urusan dagang ketika berkumpul. Yakobus mendapat laporan bahwa para pedagang kaya ini sering berbangga diri atas hasil usaha mereka, tetapi mengabaikan kehendak Tuhan dalam perencanaan usaha selanjutnya. Karena itu, Yakobus mengingatkan mereka dengan beberapa alasan agar tidak mengabaikan kehendak Allah dalam usaha maupun keberhasilan hidup mereka :
- Alasan pertama: Hidup itu suatu misteri jika terpisah dari kehendak Allah.
Para pedagang kaya sibuk dengan urusan hari ini dan esok: membeli dan menjual, menghitung untung dan rugi, pergi ke sini dan ke sana. Mereka harus membuat keputusan penting setiap hari. Agar hidup tidak sekadar menjadi misteri belaka, kita harus menjadikan kehidupan dan perencanaan selalu terhubung dengan kehendak Allah.
- Alasan kedua: Hidup itu penuh ketidakpastian.
Amsal 27:1 berkata: “Janganlah memuji diri tentang esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.” Para pedagang kaya sering menyusun rencana tahunan, padahal apa yang terjadi besok pun mereka tidak tahu. Merencanakan pekerjaan bukanlah hal yang salah, tetapi akan menjadi salah jika dilakukan dengan kesombongan dan tanpa melibatkan Tuhan. Sebaliknya, bila kita rendah hati melibatkan kehendak Allah, maka kita dapat menyambut hari esok dengan sukacita, sebab kita tahu Dia yang memimpin dan melindungi.
- Alasan ketiga: Hidup itu sangat singkat.
Bagi manusia, hidup terasa panjang karena diukur dengan tahun. Namun bila dibandingkan dengan kekekalan, hidup ini sebenarnya sangat singkat. Karena itu, hidup yang singkat harus dijalani dalam kehendak Allah, agar kelak dilanjutkan dengan kehidupan yang kekal.
- Alasan keempat: Manusia lemah dan terbatas.
Menjalani hidup hanya dengan bersandar pada manusia yang lemah dan terbatas, tanpa menghubungkannya dengan kehendak Allah, adalah bentuk kesombongan. Padahal, kesombongan manusia hanyalah upaya menutupi kelemahan dirinya. Ingatlah, manusia boleh merencanakan, tetapi Tuhanlah yang menentukan.
Ada sebuah kisah: Seorang anak muda berkata kepada pembimbing rohaninya, “Saya ingin menyerahkan hidupku kepada Tuhan, tetapi saya takut.” Pembimbing itu bertanya, “Apa yang kau takutkan?” Anak muda itu menjawab, “Saya takut Tuhan meminta saya melakukan sesuatu yang membahayakan.” Anak muda itu keliru. Hidup yang berbahaya bukanlah di dalam kehendak Allah, melainkan di luar kehendak-Nya. Sebab, tempat paling aman di dunia ini adalah tempat di mana Allah menginginkan kita berada. MT
Jadikan kehendak Tuhan di atas kehendak dan keinginan.