Senin 08 September 2025
IMAMAT YANG RAJANI
Bacaan Sabda : Keluaran 19:3-6
“Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.” (Keluaran 19:5)
“Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, dan umat kepunyaan Allah” adalah empat istilah yang mempunyai pengertian sama. Secara umum, artinya adalah umat yang dipisahkan dan dikhususkan untuk menjadi milik Allah atau untuk pelayanan Allah. Dalam Keluaran 3:6 disebut Kerajaan Imam, yang biasa juga disebut qahal, yaitu umat Allah Perjanjian Lama. Sedangkan dalam 1 Petrus 2:9 disebut eklesia, yang kemudian menjadi gereja, yaitu umat Allah Perjanjian Baru.
Status imamat yang rajani dipergunakan oleh Petrus berhubungan erat dengan latar belakangnya sebagai seorang Yahudi tulen. Dalam Perjanjian Lama, imamat terbatas hanya pada golongan minoritas tertentu, yaitu kaum imam yang melakukan tugas keimaman: mempersembahkan korban kepada Allah dan mewakili umat-Nya berbicara dengan Allah. Namun, imamat yang rajani — yaitu umat Allah Perjanjian Baru — kini melalui Kristus dapat berhubungan langsung dengan Allah.
Semua orang percaya berkewajiban hidup kudus. Semua orang percaya dipanggil untuk berbuat kebajikan bagi kemuliaan Allah, memberitakan firman-Nya, saling mendoakan, bersyafa at kepada Allah, dan diberi kesempatan memimpin tanpa sekat-sekat aturan keagamaan. Pendek kata, kita semua diberi kesempatan untuk membentuk diri semakin baik dan kudus. Kita semua diberi kesempatan untuk memuliakan Allah melalui perkataan dan perbuatan.
Imamat yang rajani adalah pemberian Allah yang sangat berharga. Namun, hal itu tidak berarti apa-apa bila hanya menjadi sebuah status. Perlu ditindaklanjuti dengan kedewasaan hidup di dalam Kristus. Sama seperti status kita sebagai “anak Tuhan” ketika kita dilahirkan kembali, demikian pula imamat yang rajani hanyalah awal. Selanjutnya, kita harus berjuang untuk bertumbuh semakin dewasa. Banyak persoalan dalam hidup terjadi karena orang tidak bertumbuh menjadi dewasa secara rohani.
Allah akan menjadikan kita tua secara alami, tetapi Allah menghendaki kita semakin dewasa secara rohani. Kita mengukur ketuaan dengan umur, tetapi kedewasaan kita diukur dengan Firman Tuhan. Menjadi tua tidak berarti menjadi dewasa, karena ada perbedaan antara umur dan kedewasaan.
Orang Kristen yang dewasa sudah pasti berbahagia walaupun menghadapi berbagai kesulitan hidup. Orang Kristen yang dewasa akan terus berguna bagi Tuhan dan sesama di manapun ia berada. Kita adalah imamat yang rajani. Tetapi janganlah berpuas diri dengan sekadar istilah yang agamis dan rohani. Berpuas dirilah karena bertumbuh menjadi dewasa secara rohani. MT
Kita tak perlu pengantara yang kita butuhkan adalah penyelamat.





