Jumat 22 Agustus 2025
BUKAN KEBEBASAN TETAPI KEBERANIAN
Bacaan Sabda : Kisah Para Rasul 4:1-22
“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:12)
Penulis adalah salah seorang dari umat Kristen di Indonesia yang mendambakan dan mendoakan agar di Indonesia tercipta suasana kebebasan beribadah dan kebebasan memberitakan injil. Tetapi penulis mulai berpikir, sesungguhnya yang mana paling penting, kebebasan atau keberaniankah?
Maroko adalah sebuah negara Islam di Afrika Utara. Konon di sana ada tiga agama: Islam, Yahudi, dan Kristen (disebut agama Abrahamik). Di Maroko yang jelas-jelas negara Islam umat beragama hidup rukun dan damai. Tidak pernah ada penganiayaan kepada agama tertentu. Di Maroko orang Kristen jauh lebih bebas membangun gereja daripada di Indonesia yang menyebut dirinya negara Pancasila. Orang Kristen Maroko boleh beribadah sebebas-bebasnya asal jangan menyebut nama Yesus di depan umum. Itu artinya tidak boleh memberitakan Injil. Jadi umat Kristen di Maroko dapat menikmati keamanan dalam beribadah dapat menikmati kebebasan beribadah tetapi tidak dalam memberitakan Injil.
Rasa aman betul adalah, kebutuhan manusia yang paling mendasar. Kalau rasa aman dicabut dari manusia dia akan segera kehilangan kebahagiaan. Konon kata para phsikolog begitu manusia lahir ke dunia frustasi yang pertama adalah kehilangan rasa aman. Sebelumya ia merasa hangat, aman dan nyaman di rahim ibunya. Tetapi begitu dia keluar langsung rentan terhadap bahaya. Sejak itu manusia mendamba dan terobsesi terhadap rasa aman. Tidak mudah bagi seorang manusia untuk mengorbankan rasa aman. Seorang manusia dapat mengorbankan rasa aman itu tentu untuk sesuatu yang lebih bernilai dari keamanan itu.
Bagi Petrus dan Yohanes beserta pengikut Kristus mula-mula memberitakan Injil adalah hal yang sangat berharga sehingga mereka rela mengorbankan rasa aman demi pemberitaan Injil. Para missionaris dari Amerika rela meninggalkan kenyamanan untuk memberitakan Injil ke suku terasing di Papua. Mengapa pemberitaan Injil begitu penting? Tentu karena itu adalah perintah langsung dari Tuhan Yesus.
Sebagian besar Kristen Maroko tidak berani memberitakan Injil di depan umum, tetapi tidak sedikit yang berani walaupun hal itu berarti kehilangan kenyamanan. Sama seperti gereja mula-mula, umat Kristen di Maroko tidak lagi berdoa meminta kebebasan tetapi keberanian untuk memberitakan Injil. MT
Kebebasan itu adalah dambaan tetapi bila tak ada kebebasan tingkatkanlah keberanian.