Sabtu 09 Agustus 2025
AKU TAU PASTI
Bacaan Sabda : Ayub 19:1-29
“Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah,” (Ayub 19:25-26)
Tak seorangpun menyangkal bahwa penderitaan Ayub adalah penderitaan yang tak ada duanya. Tidak heran kalau pembacaan Alkitab hari ini menunjukkan Ayub salah paham yang sangat serius kepada Allah. Ayub sudah sampai kepada pemikiran yang salah, menuduh Allah secara langsung menyebabkan penderitaannya. Dalam penderitaannya pandangan dan pengenalannya kepada Allah menjadi terganggu. Allah baginya menjadi musuh yang suka menyiksa dan mendukakan jiwanya.
Kesadarannya bahwa iblislah yang menjadi sumber penderitannya juga terganggu. Sekalipun Allah mengijinkan iblis mencobai Ayub melalui penderitaan hidup yang berat dan berkepanjangan, tetap iblislah yang melakukannya, bukan Allah. Sama seperti Ayub, semua manusia sangat terbatas mengetahui segala sesuatu yang terjadi kepada dirinya.
Kurang lebih 25 tahun yang lalu penulis melayani seorang yang sedang menderita sakit kanker paru-paru. Kanker paru-paru itu membuatnya sangat menderita rasa sakit yang hebat yang membuat dirinya memohon didoakan agar cepat dijemput Tuhan Yesus yang mengasihinya, Pada klimaks rasa sakit dia justru mulai menyalahkan Tuhan karena tidak segera mengangkatnya. Tetapi pada suatu saat dalam keadaan sakit dia justru menyatakan, “walaupun sakit tetapi pasti Allah tetap mengasihiku”.
Dalam banyak peristiwa penderitaan orang-orang baik dan cinta Tuhan, tentu kita bertanya mengapa hal itu terjadi. Bisa saja hal itu tetap menjadi pertanyaan yang tak terjawab. Sampai sekarang tidak ada seorang hamba Tuhan yang dapat memberi jawaban yang memuaskan mengapa Ayub menderita. Saya hanya tertarik dengan pendapat seorang hamba Tuhan yang menyimpulkan kitab Ayub dengan satu kalimat : “Allah membuat orang baik untuk hidup semakin baik.” Manusia membuat perkiraaan-perkiraan berdasarkan pengetahuan yang terbatas, yang kadang benar dan kadang salah. Manusia yang paling cerdaspun harus membungkuk hormat di hadapan Allah.
Jika penulis merenungkan tahun-tahun yang sudah terlalui banyak hal yang terjadi sangat mengejutkan, sangat menyulitkan tetapi dapat diatasi dan penulis tidak dapat menjelaskannnya sama sekali. Dalam penderitannya tentu Ayub bertanya berulang kali “Mengapa ini terjadi?”, dan mengharapkan jawaban, tetapi jawaban tidak kunjung datang. Ayub tidak mengerti alasan yang tepat mengapa anak-anaknya meninggal secara mendadak. Ayub juga tidak pernah mendapat jawaban mengapa dia secara tiba-tiba kehilangan harta kekayaannya dan kesehatannya.
Pada akhirnya Ayub merendahkan diri di hadapan Allah yang Maha Kuasa. Ayub pasrah dan tidak perlu tahu, tetapi ada satu hal yang perlu diketahui Ayub secara pasti, ”aku tahu bahwa Penebusku hidup” (Ayub 19:25). Jadi Ayub, penulis dan saudara yang mengetahui satu hal yang pasti, peganglah kebenaran itu maka kita akan bisa tersenyum setiap hari. MT
Penderitaan orang benar membuatnya semakin benar.