Senin 14 Juli 2025
MASIH ADA HARAPAN
Bacaan Sabda : 2 Raja-Raja 5:1-19
“Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia Tuhan telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta.” (2 Raja-Raja 5:1)
Panglima Raja Aram itu sangat disayangi oleh raja, karena berkat jasanya, kerajaan Aram menjadi kuat dan besar. Namanya adalah Naaman—seorang yang memiliki semua kualifikasi sebagai “the best”. Ia meraih kedudukannya berdasarkan prestasi, bukan karena pandai menjilat. Namun, sebelum kita terkesima dan mengaguminya, Alkitab dengan tegas menyebutkan: “Dia adalah seorang pahlawan tentara, tetapi sakit kusta.” Manusia memang seperti Naaman – boleh terlihat hebat seperti dewa, namun jika disentil sedikit saja oleh Tuhan, ia bisa langsung jatuh. Maka dari itu, syukurilah keberhasilan, jangan sombong dengan kesuksesan.
Dalam pembacaan Alkitab hari ini, kita tidak hanya disuguhkan sosok “the best” atau “the man of the year”, tetapi juga ditampilkan sosok “the lowest of the low” – yakni seorang yang secara sosial bukan siapa-siapa: tidak punya nama, seorang budak perempuan, seorang tawanan perang.
Semua itu merupakan kualifikasi seseorang yang paling rendah dalam struktur sosial. Namun sebelum kita melecehkan sosok ini, Alkitab menunjukkan bahwa dia mampu menyuarakan kebenaran yang menolong orang besar, sehebat Panglima Naaman sekalipun. Ia dengan berani mengemukakan pendapat yang akhirnya membawa keselamatan bagi Naaman.
Jika orang hebat bisa terangkat tinggi, maka ia juga bisa jatuh dengan keras. Sebaliknya, orang kecil tidak harus terpuruk selamanya, karena masih ada banyak peluang untuk berbuat baik bagi diri sendiri dan sesama. Kisah ini memperlihatkan kebesaran dua orang dengan status sosial yang sangat kontras:
- Naaman, sang jenderal, menunjukkan kebesaran hatinya karena bersedia mendengar suara orang kecil.
- Budak perempuan, si “bukan siapa-siapa”, menunjukkan kebesarannya karena berani menyuarakan kebenaran, walau tanpa nama dan kekuasaan.
Naaman akhirnya diselamatkan dan disembuhkan karena:
- Ia mendengarkan budak perempuan,
- Ia tidak mengeraskan hati,
- Ia menerima nasihat pegawainya, bahkan setelah sempat menolak perintah Nabi Elisa.
Si kecil, budak perempuan, tawanan perang—sering dianggap tak berguna, tak berdaya, dan tak layak bicara. Namun, ketika diberi kesempatan, ia mampu memberi solusi yang menyelamatkan. Kebesaran tidak selalu soal status. Kadang, kebesaran sejati datang dari keberanian untuk menyuarakan kebenaran, apa pun risikonya. MT
Ketika orang besar seperti Naaman berkata, “Mati kau! Tidak ada harapan,” si kecil—budak perempuan tanpa nama itu—berkata, “Masih ada harapan, sebab ada Tuhan.”