Minggu 13 Juli 2025
INDAHNYA KESETIAAN ALLAH
Bacaan Sabda : Kejadian 9:8-17
“Berfirmanlah Allah kepada Nuh: ”Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi” (Kejadian 9:17)
Sungguh sangat tragis melihat kehidupan berjemaat yang dijalani oleh banyak umat Kristen belakangan ini. Semakin hari, semakin langka orang yang benar-benar setia beribadah dan berjemaat di gereja lokal. Terlalu mudah seseorang merasa tidak puas di satu gereja, lalu pindah ke gereja lain. Memang ada alasan yang logis dan bisa dimengerti, namun tak jarang alasan yang digunakan hanya dicari-cari, bahkan dibungkus dengan kalimat yang terdengar rohani dan seolah-olah alkitabiah. Misalnya:
- “Di gereja ini aku tidak bertumbuh, tapi di gereja itu aku sangat bertumbuh.”
- “Di sini aku tidak mendapat apa-apa, sedangkan di sana aku diberkati berlimpah.”
- “Di sini aku dicuekin, sedangkan di sana aku disambut dengan hangat.
- Atau yang lebih tajam dan menghakimi: “Di gereja ini tidak ada Roh Kudus, sedangkan di gereja itu Roh Kudus nyata dan berkarya.”
Walaupun semua alasan tersebut memiliki dasar dan patut dihargai—karena setiap orang berhak menyampaikan pendapat—namun gejala ini perlu juga dibaca sebagai tanda menipisnya kesetiaan dalam berjemaat. Tidak bisa dipungkiri, saat ini banyak gereja menawarkan berbagai hal yang menarik: gedung yang nyaman, lahan parkir yang luas dan aman, musik yang meriah, pemusik serta pemuji bertalenta, bahkan pengkhotbah besar yang berkelas.
Namun kita perlu ingat: dari Kitab Kejadian hingga Wahyu, Tuhan tidak pernah menjanjikan hal-hal yang “menarik,” melainkan hal-hal yang “penting”—yaitu kesetiaan.
Yesus berkata: “Tetapi barangsiapa yang setia sampai akhir, ia akan memperoleh mahkota kehidupan dan mahkota kemenangan yang tidak akan layu.”
Dalam pembacaan Alkitab hari ini, kita melihat kisah air bah. Allah menghukum dunia karena dosa, namun setelah air bah surut, Allah berjanji: “Tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” Sekarang, jika dibandingkan dengan zaman itu, kejahatan manusia sudah berlipat ganda. Tapi Allah tetap setia pada janji-Nya. Tidak ada lagi air bah. Itulah kesetiaan Allah.
Para tokoh iman dalam Ibrani 11 meneladani kesetiaan itu. Mereka tetap percaya pada janji Allah—meski mereka tidak sempat melihat penggenapannya hingga akhir hidup mereka. Tetapi mereka yakin: “Kalau tidak sekarang, ya nanti. Kalau tidak hari ini, ya besok. Kalau bukan di generasi ini, maka di generasi anak dan cucu kelak.” MT
Allah lebih tertarik dan lebih menghargai kesetiaan dari berbagai kemegahan.