Jumat 27 Juni 2025
TIDAK MEMPUNYAI ANAK, BUKANLAH KEGAGALAN
Bacaan Sabda : Mazmur 113:1-9
“Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!” (Mazmur 113:9)
Mendoakan pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak tentu merupakan hal yang baik dan perlu, karena mereka kemungkinan besar sangat mendambakannya. Namun, penting juga untuk menjaga sikap agar kita tidak memiliki pandangan yang keliru terhadap mereka. Sebab, tidak memiliki anak bukan berarti pernikahan mereka gagal. Dalam Alkitab, ada beberapa kisah yang mencerminkan tekanan sosial terhadap perempuan yang belum memiliki anak. Misalnya, Hana yang direndahkan oleh Penina, dan Sarah yang sempat diremehkan oleh Hagar. Dalam budaya Yahudi dan sejumlah budaya lain, istri yang tidak melahirkan sering dianggap sebagai aib, sehingga muncullah anggapan keliru bahwa kemandulan adalah kutuk atau hukuman dari Tuhan.
Pandangan seperti ini perlu diluruskan. Kita harus melihat pernikahan yang belum dikaruniai anak dengan sudut pandang yang benar dan bijaksana. Di zaman modern ini, suami istri dapat menempuh berbagai bentuk terapi sambil tetap berserah dan memohon berkat Tuhan atas usaha tersebut. Seperti Hana yang berdoa dengan sungguh-sungguh, mereka pun dapat memohon anak sebagai berkat dalam pernikahan. Namun, penting untuk diingat bahwa memiliki anak adalah berkat, dan tidak memiliki anak pun bisa menjadi berkat. Pernikahan tidak semata-mata bertujuan untuk melahirkan anak.
Jika pernikahan tidak dikaruniai anak, bukan berarti pernikahan itu gagal. Baik pernikahan yang memiliki anak maupun yang tidak, sama-sama dapat menjadi pernikahan yang diberkati di hadapan Tuhan. Mempunyai keturunan bukanlah tujuan utama pernikahan, melainkan hanya salah satu tujuan. Tujuan utama dari pernikahan adalah untuk menjalani hidup bersama, saling menopang, dan bersama-sama memuliakan serta melayani Tuhan dan sesama.
Dalam kitab Kejadian, motivasi Allah menciptakan lembaga pernikahan dijelaskan dengan kalimat: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja.” Maka Allah menciptakan Hawa yang sepadan dan menjadi penolong bagi Adam, agar mereka menjalani kehidupan yang saling melengkapi dan hidup bersama. Memang benar, Allah juga berfirman: “Beranak cuculah dan bertambah banyaklah, penuhilah bumi…” Firman ini menunjukkan bahwa Allah memberikan kemampuan dan kemungkinan bagi manusia untuk berkembang biak (prokreasi). Namun, ini bukan berarti bahwa mempunyai anak adalah satu-satunya tujuan pernikahan, melainkan merupakan kemampuan dan anugerah, bukan kewajiban. Sangat tepat jika dikatakan: “Lebih baik hidup bersama dengan penuh kasih, meskipun tanpa anak, daripada hidup terpisah dan cerai-berai dengan banyak anak.” MT
Nikmati indahnya hidup bersama pasanganmu dalam segala keadaan yang diijinkan Tuhan.