Rabu 05 Maret 2025
HIKMAT ALLAH MELALUI PENCOBAAN
Bacaan Sabda : Yakobus 1:2-8
“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yakobus 1:5)
Yakobus adalah pemimpin gereja di Yerusalem. Tetapi pengetahuannya yang cukup mengenai pertumbuhan gereja dalam masa penganiayaan melatarbelakanginya menulis surat ini. Itulah sebabnya surat ini tidak ditujukan kepada gereka lokal. Yakobus adalah surat umum yang ditujukan kepada gereja yang berserak setelah masa penganiayaan. Salah satu tujuan Yakobus menulis surat ini adalah untuk membangun semangat umat percaya yang sedang menderita berbagai pencobaan. Apabila Allah mengijinkan pencobaan menerpa umat-Nya tentu ada alasannya. Sebab itu umat-Nya dapat menerima dan menghadapi dengan sukacita. Karena di balik pencobaan tersedia kemuliaan yang disediakan Allah berdasarkan hikmat-Nya.
Tetapi kalau kita tetap setia walau dalam pencobaan kita pun memberi kemuliaan bagi Allah karena lulus dalam pencobaan. Dalam Yakobus 1:5 ada janji Allah bagi mereka yang setia kepada Allah walaupun diterpa berbagai pencobaan. Allah akan menganugerahkan kebijaksanaan-Nya kepada mereka. Hadapilah kenyataan akan adanya pencobaan, dan biarkanlah Allah menyelesaikan apa yang dikerjakan-Nya. Karena Dia akan memberi kebijaksanaan yang saudara butuhkan agar lulus dalam ujian. Bila pencobaan itu berupa membuat keputusan bisnis, tantangan dalam pernikahan dan pencobaan serangan emosional, Allah akan memberi saudara kebijaksanaan agar dapat menanggapi masalah-masalah tersebut untuk kemuliaan-Nya.
Setiap hari saudara diperhadapkan dengan problem yang beragam maka setiap hari kita harus berdoa memohon hikmat dari Allah. Dalam berdoa harus dengan beriman, fokus dan tidak mendua hati. Mendua hati adalah pembuktian ketidakseriusan seperti seorang yang mencoba berjalan serentak ke dua arah. Sudah dapat dipastikan akibatnya adalah dia diam di tempat. Hal ini sama saja seperti orang yang mencoba berdebat dengan Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan kebijaksanaan-Nya dengan cara memberikannya kepada yang mendebat-Nya. Memperoleh kebijaksanaan-Nya dari Allah tidak menjamin saudara memahami mengapa Allah mengijinkan pencobaan menerpa saudara, tetapi yakinlah hal itu tidak penting
Mari kita berkata seperti Ayub dengan mengakui kebijaksanaan Allah. “Aku tidak perlu tahu mengapa Engkau mengijinkan pencobaan ini, tetapi berilah aku hikmat bagaimana aku mampu melewati cobaan ini”. MT
Saat Allah mengijinkan pencobaan menerpa Dia melengkapi umat-Nya dengan hikmat.