Selasa 18 Februari 2025
BERSEKUTU DENGAN ALLAH
Bacaan Sabda : Mazmur 26:1-12
“Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya Tuhan, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada Tuhan aku percaya dengan tidak ragu-ragu. Ujilah aku, ya Tuhan, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.” (Mazmur 26:1-2)
Pemazmur memanjatkan doanya dalam situasi penyembahan yang tulus. Betul Pemazmur merealisasikan penyembahannya, dengan mengungkapkan permohonan untuk memperoleh keadilan atas hidupnya. Pemazmur juga dengan agak sombong mengemukakan segala karakter dan perbuatan baiknya sebagai orang percaya. Sepertinya memang kalimat-kalimat awalnya bukanlah kalimat penyembahan. Bukankah kalimat penyembahan sebaiknya sarat dengan ungkapan pengagungan akan perbuatan dan kasih Allah? Pantaskah kita menyembah Allah dengan mengemukakan kebaikan kita? Kembali penulis harus menandaskan bahwa setiap pembaca Firman, hindari melihat dan memahaminya sepotong-sepotong. Tetapi paling tidak perlu kita membaca satu perikop, agar lebih jelas buat kita.
Pemazmur sangat berani menantang Allah dengan berkata “Ujilah aku Tuhan cobalah aku; selidiki hatiku dan batinku” (Mazmur 26:2). Sungguh kalimat bernada sombong, eh… tapi jangan cepat-cepat pula menilai, karena dalam Mazmur 26:3 Pemazmur berkata “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu dan aku hidup dalam kebenaran-Mu”. Kalimat-kalimat pemazmur ini sarat dengan ungkapan hati yang penuh keterbukaan jiwa. Dia dengan bebas mengungkapkan realitas jiwanya kepada Allah.
Itulah sebabnya penulis berani menyatakan bahwa pemazmur memanjatkan doanya dalam situasi penyembahan yang tulus. Karena penyembahan adalah pengungkapan realitas jiwa kepada Allah bukan ritual agamawi dengan kalimat-kalimat indah dan kaku yang diatur sesuai ritual agama, Pemazmur justru menyatakan kebahagiaannya sebagai umat yang mencintai indahnya hidup bersekutu dengan Allah.
Sangat jelas bahwa kebahagiaan Pemazmur sama sekali tidak bersumber dari persekutuannya dengan dunia. Kebahagiannya justru bersumber dari persekutuannya dengan Tuhan. Pemazmur bukanlah membanggakan dirinya sebagai umat yang setia dan taat. Tetapi sesungguhnya Pemazmur justru memuja Allah di Bait Allah bersama jemaat-Nya, karena Allah memanifestasikan kehadiran-Nya di tengah-tengah umat-Nya. Sesungguhnya hidup bersekutu dengan Allah dirasakan Pemazmur dalam situasi penyembahan yang diungkapkan melalui bahasa sastra yang sangat puitis. (MT)
Kesempatan termulia adalah bersekutu dengan Allah.