Senin 10 Februari 2025
MENYENANGKAN HATI ALLAH
Bacaan Sabda : 2 Timotius 2:1-26
“Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ”Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan ”Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.” Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia,….” (2 Timotius 2:19-22)
Biasanya kita bertanya mungkinkan seorang manusia menyusahkan dan menyenangkan hati Allah? Dan mampukah manusia melakukannya? Pertanyaan ini betul-betul susah dijawab, karena kapan dan bagaimanakah seorang manusia mengetahui Allah itu senang atau susah? Allah susah atau senang sangat berhubungan dengan manusia yang diciptakan segambar dengan-Nya. Kemudian susah atau senangnya Allah adalah dalam rangka menyenangkan manusia ciptaan mulia yang dikasihi-Nya itu.
Saat manusia jatuh dalam dosa dan melakukan berbagai kejahatan tentu saja sangat menyusahkan manusia itu sendiri karena mereka sama saja mengundang kebinasaan dan berbagai kesulitan atas diri mereka sendiri. Itulah yang menyusahkan hati Allah dalam rangka merasakan apa yang dirasakan umat-Nya. Untuk itu Allah telah memberi jalan keluar kepada manusia dengan mengutus putra-Nya yang tunggal untuk menanggung kebinasaan dan kesusahan manusia itu, sehingga manusia yang sudah diselamatkan itu punya potensi untuk menyenangkan hati Allah.
Rasul Paulus menjelaskan hal-hal indah yang merupakan nilai hidup abadi yang perlu dikejar dalam rangka menyenangkan hati Allah :
- Pertama adalah meninggalkan kejahatan yang sama dengan membuang kejahatan sebagai sumber kesusahan manusia. Kejahatan yang dimaksud rasul Paulus disini adalah kemurtadan atau ketidaksetiaan kepada Kristus karena mengikuti ajaran nabi-nabi palsu. Orang setia akan terus berkosentrasi mengikut Kristus, menolak ajaran palsu dan menjauhi kejahatan.
- Kedua adalah menjauhi nafsu orang muda. Nafsu orang muda yang dimaksud adalah perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan atas nama kebebasan, termasuk di dalamnya adalah perzinahan.
- Ketiga mengejar nilai-nilai hidup abadi seperti keadilan, kesetiaan, kasih dan damai. Perbuatan-perbuatan itu adalah bukti pemisahan diri dari dunia yang berdosa. Para pengajar palsu yang ajaran-Nya bertentanagn dengan firman Tuhan harus dihindari dalam pengertian menolak segala ajaran mereka. Namun demikian tetap mengasihi dan bersikap adil dan damai dalam rangka mengadakan pendekatan agar kembali kepada kebenaran. MT
Allah susah atau senang dalam rangka merasakan apa yang dirasakan umat-Nya.