Rabu 29 Januari 2025
ALLAH YANG KUDUS DAN MANUSIA YANG BERDOSA
Bacaan Sabda : Yesaya 6:1-13
“Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ”Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap.” (Yesaya 6:3-4)
Allah yang kudus sudah pasti menghukum manusia berdosa, berarti semua manusia berada di bawah hukuman Allah. Dia yang Mahakudus tidak akan mengabaikan dosa. Dia tidak acuh kepada dosa manusia. Karena Allah itu kudus maka Dia memandang dosa itu buruk dan serius untuk dihakimi. Dosa dan kehancuran hidup selalu berjalan seiring, di situ ada dosa disitu ada kekudusan diabaikan dan karenanya selalu ada konsep kehancuran.
Penghakiman Allah bukan sebagai pelampiasan amarah-Nya tetapi justru wujud kasih sejati-Nya kepada manusia. Sebab kalau dosa tidak dihakimi, maka manusia akan terus dibayang-bayangi kehancuran dan melangkah menuju kebinasaan dan kepunahan. Amarah Allah adalah reaksi kekudusan-Nya atas dosa, sedangkah penghakiman Allah adalah reaksi kasih-Nya kepada manusia berdosa. Jadi penghakiman Allah bukan berbicara letupan amarah-Nya melainkan berbicara tentang wujud keadilan dan kasih-Nya.
Dalam Matius 25:41, Allah menempatkan manusia dan iblis berada pada penghakiman-Nya. Dan Allah telah menyediakan neraka untuk iblis dan malaikat-malaikatnya, Dia bukan hanya menghakimi manusia berdosa tetapi juga Dia mengasihi manusia berdosa. Itulah sebabnya Allah tidak menciptakan neraka untuk manusia, yang diciptakan Allah untuk manusia adalah surga. Allah itu Mahakudus sehingga Dia harus menghakimi manusia berdosa, tetapi Allah itu Mahakasih sehingga Dia menghakimi anak-Nya yang Tunggal atau Allah Anak untuk menggantikan manusia berdosa. Ketika Yesaya menyaksikan kekudusan Allah, dia merasa tak layak untuk ditemui Allah, tetapi nyatanya Allah menemui dan mengutusnya.
Dalam hal ini Allah sendirilah yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia berdosa dengan cara-Nya. Dia menghakimi anak-Nya sebagai ganti manusia berdosa. Anak-Nya layak menggantikan manusia berdosa karena Dia adalah kudus. Dia menghakimi dosa tetapi mengasihi orang berdosa. Dia menghancurkan dosa tanpa menghancurkan pendosa. Kekudusan Allah sangat bertentangan dengan dosa, tetapi kasih Allah membuat Dia tetap mengasihi orang berdosa. Ketika menghakimi dosa mata-Nya justru tetap tertuju kepada manusia berdosa. Kasih Allah menuntun kita melihat kekudusan-Nya tetapi kekudusan Allah menuntun kita menikmati kasih-Nya. MT
Allah menciptakan neraka untuk iblis dan menciptakan surga untuk manusia berdosa yang dikasihi-Nya.