Senin 16 Desember 2024
EDISI NATAL – KELAHIRAN YESUS DAN KEKUDUSAN ALLAH
Sabda Renungan : “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.” (Matius 1:18-19)
Allah menjadi manusia bukan saja memperlihatkan kedaulatan dan rahmat Allah tetapi juga memperlihatkan secara jelas kekudusan Allah. Menjadi manusia logikanya adalah kehilangan kekudusan. Allah menjaga atribut maha kudus-Nya melalui proses kelahiran Yesus. Untuk proses kelahiran Yesus Allah memakai orang-orang yang tidak kudus lahir ke dunia karena Allah tidak menemukan seorang pun yang kudus di dunia ini. Tetapi cara kerja Allah selalu memakai manusia bukan berarti Dia tidak peduli dengan kekudusan-Nya Allah sangat memperhatikannya sehingga Dia menyatakan anak-Nya dalam sejarah menjadi manusia tanpa dosa dan kesalahan.
Dalam menghadirkan anak-Nya, dalam sejarah dunia Dia sangat hati-hati dengan cara sangat selektif memilih manusia yang ambil bagian dalam hal Allah menjadi manusia, dalam Yesus Kristus. Dia memakai Maria dan Yusuf yang dalam ukuran manusia mereka adalah orang-orang yang suci. Yusuf dan Maria belum diikat dalam pernikahan hidup sebagai suami istri baru diikat dalam hubungan pertunangan. Karena Yesus adalah Anak Allah yang dilahirkan oleh seorang perempuan maka Yesus tidak dikandung Maria dari Yusuf. Maria adalah seorang perawan suci yang mengandung dari Roh Kudus.
Matius menjelaskan bahwa Yusuf melindungi keperawanan Maria. Maria dan Yusuf menjaga kekudusan dengan tidak melakukan hubungan seksual selama pertunangan mereka bahkan sampai Yesus lahir. Yusuf setia kepada peraturan moral. Yusuf dan Maria menghayati peraturan moral yang sama sehingga bersama bersukacita menjaga kekudusan dan bersama bersukacita menyambut kelahiran Yesus. Yesus adalah Anak Allah dan Anak dari Allah Bapa sehingga walaupun Dia menjadi manusia, Dia adalah manusia yang kudus hidup tanpa dosa.
Menjadi sempurna dan kudus saja tidak cukup, tetapi haruslah menjadi manusia sejati karena Dia akan mati sebagai manusia sejati dan kudus untuk menebus manusia berdosa. Manusia kudus saja tidak memadai untuk menebus dosa manusia atau mati untuk menyelamatkan manusia berdosa tetapi haruslah betul-betul manusia sejati. Dan hanya Yesus yang dapat memenuhinya.
Ada banyak manusia sejati tetapi hanya Yesuslah manusia yang kudus. Ada banyak manusia yang merasa dirinya kudus tetapi kehilangan kesejahteraannya sehingga mempunyai kecenderungan mengangkat dirinya setingkat lebih tinggi dari manusia sehingga kehilangan kesejahteraannya. Hanya Yesuslah Allah sejati menjadi manusia sejati tanpa kehilangan kekudusan-Nya. MT