Jumat 06 Desember 2024
EDISI NATAL – DARI KELUARGA SEDERHANA
Sabda Renungan : “seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ”Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, 24dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.” (Lukas 2:23-24)
Sebenarnya menggunakan kata sederhana untuk menggantikan kata miskin adalah kurang tepat, karena sederhana belum tentu miskin dan miskin belum tentu sederhana. Karena kata sederhana itu artinya adalah bersahaja, tidak rumit dan mudah dipahami. Kalau manusia sederhana adalah seorang yang sangat bersahaja, mudah diajak berkomunikasi dan hidup menjadi dirinya sendiri tanpa mengada-ada yang tidak ada. Dan ketika Yesus disunat Yusuf dan Maria membawa persembahan sepasang burung tekukur menandakan keluarga itu adalah keluarga miskin yang sederhana. Bila Yusuf mau memaksakan diri bisa saja dia mempersembahkan anak domba untuk menjaga citra dirinya. Dia tidak mempersulit diri dan keadaan hanya untuk suatu pencitraan.
Kemudian Yusuf adalah tukang kayu yang pada zamannya mempunyai penghasilan yang sedang-sedang saja, namun termasuklah menjadi masyarakat kelas menengah. Sebagai tukang kayu dia adalah pekerja keras yang berjuang menghidupi keluarganya dengan kerja keras dan usaha sendiri. Dengan kata lain Yusuf dan Maria adalah orang biasa yang hidup secara sederhana walaupun terkategorikan sebagai orang miskin.
Allah ternyata memilih orang miskin dan sederhana untuk menjadi orang tua yang melahirkan dan mengasuh Yesus. Tetapi tidak perlu kita menganggap kemiskinan sebagai tanda kesalehan hidup seakan-akan kemiskinan merupakan syarat hidup untuk dekat dengan Allah. Sebaliknya kemewahan dan kesuksesan secara materi bukanlah tanda kehidupan yang hidup dekat dengan Allah atau hidup berkenan kepada Allah. Boleh disimpulkan bahwa hidup yang berkenan kepada Allah atau katakanlah kemungkinan besar hidup dengan Allah adalah orang yang hidup dengan sederhana. Orang kaya dapat hidup sederhana dan orang miskinpun dapat hidup sederhana.
Peristiwa natal yang pertama di Betlehem telah terjadi dalam suasana yang sangat sederhana bahkan lebih tepatnya dibilang sederhana yang sangat memprihatinkan, tetapi kata kuncinya adalah sederhana. Gereja sudah sangat terbiasa merayakannya dengan cara yang jauh dari sederhana. Sesungguhnya bila merayakannya dengan mewah bukanlah sesuatu yang salah mengingat natal adalah merayakan kelahiran. Sangat beralasan bila dirayakan melalui ibadah yang meriah tetapi tetaplah menjaga agar tetap bercirikan kesederhanaan. Karena berita Natal dalam setiap ibadah natal tak mungkin lepas dari kesederhanaan. MT