Rabu 04 Desember 2024
EDISI NATAL – MENJADI MANUSIA
Sabda Renungan : “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
Allah menjadi manusia itulah Yesus Kristus. Kemanusiaan dan ke-Allah-an menyatu dalam Dia. Dia memasuki kemanusiaan adalah merupakan kerendahan hati yang sempurna karena Dia membatasi diri-Nya. Mengapa harus menjadi manusia? Bukankah manusia sudah sangat rendah karena dosanya, sedangkan Dia Maha Tinggi dan juga Maha Kudus. Dalam cerita pewayangan ada tawaran dewa kepada pangeran-pangeran untuk memilih menitis menjadi sesuatu yang mereka ingini. Para pangeran rata-rata memilih menjadi sesuatu yang melebihi atau di atas manusia.
Pangeran Werkudoro pada awalnya sangat bingung menentukan pilihannya. Cukup lama dia merenung sebelum akhirnya dia menentukan pilihannya. Dia membuat keputusan yang cukup mengagetkan pangeran-pangeran lain. Dia memilih tetap menjadi manusia, tetapi menjadi manusia yang mengetahui arti sesungguhnya hidup menjadi manusia.
Menurut Werkudoro manusia sudah mempunyai kelebihan yang diperlukan adalah menyadari dan memanfaatkan kelebihan itu. Kelebihan itu adalah bahwa manusia sejati telah luhur dan mulia sejak manusia diciptakan. Werkudoro tidak ingin menitis menjadi seorang yang berkedudukan mulia seperti raja. Dia ingin menjadi manusia saja, sebab menurutnya bukanlah kedudukan mulia yang utama melainkan hidup dengan perilaku yang luhur dan mulia.
Dalam Mazmur 8, pemazmur sudah secara detail menjelaskan kelebihan manusia dari segala ciptaan karena Allah sendirilah yang menganugerahkan kelebihan itu. Menurut kitab Kejadian manusia adalah mulia karena diciptakan segambar dengan Allah. Tetapi faktanya di manakah kemuliaan manusia itu? Di manakah kesegambaran manusia dengan Allah? Untuk menjawab pertanyaan itulah Sang Bayi natal datang ke dunia. Dia datang ke dunia untuk berkarya, berkorban untuk menyelamatkan manusia. Tetapi sampai usia 33 tahun Dia memberikan contoh bagaimanakah seharusnya manusia itu hidup. Selama 33 tahun itu Yesus membangun hubungan harmonis dengan orang tua dan keluarganya dengan orang di sekitarnya bahkan dengan alam dan diri-Nya sendiri.
Melalui kehidupan-Nya Yesus memberi teladan hidup menjadi manusia yang luhur dan mulia. Fakta dalam kehidupan manusia di dunia ini bahwa nafsu, ambisi, amarah telah menguasai manusia sehingga kualitas hidup telah merosot menjadi bermentalitas hewan. Untuk itulah Yesus datang menjadi manusia supaya manusia kembali menjadi manusia seperti manusia Yesus. Hidup dengan kualitas hidup luhur mulia karena harmonis dengan semua orang bahkan dengan alam. MT