Senin 18 November 2024
MASA SUNYI (1) – BANGSA-BANGSA DALAM KENDALI ALLAH
Sabda Renungan : “Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.” (Mazmur 22:32)
Pemazmur membuat suatu pernyataan yang penting untuk diyakini : “Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa” (Mazmur 22:29). Masa sunyi yang panjang yaitu kurang lebih 400 tahun, bangsa Yehuda tetap berstatus bangsa pilihan Allah. Allah tidak mengutus nabi untuk bernubuat, seakan-akan Allah melepas umat-Nya untuk terus melangkah menurut kemauan mereka. Tetapi selalu ada yang terus setia kepada Allah, yang terus menyembah Allah di tengah bangsa-bangsa penyembah berhala yang berkuasa. Keberadaan bangsa Israel selalu memberi pernyataan Allah, karena melalui bangsa itu karya dan keadilan Allah selalu dinyatakan. Tuhanlah yang empunya kerajaan yang memerintah atas bangsa-bangsa. Allah tetap aktif mengatur perjalanan bangsa-bangsa karena Dia tetap mengatur sejarah.
Pada masa sunyi itu ada beberapa periode. Pada 450-330 SM adalah merupakan periode Persia. Kira-kira 100 tahun sesudah masa Nehemia, Persia menguasai Yehuda. Walaupun Yehuda dalam penguasaan Persia, bangsa yang tidak percaya kepada Allah Yehuda, bangsa Persiap tetap mengijinkan Yehuda melaksanakan upacara-upacara keagamaan. Pada masa sunyi itu justru Israel berada dalam kepemimpinan imam-imam yang bertanggungjawab untuk mengatur umat Yahudi. Berdasarkan fakta sejarah ini jelas bahwa pada masa sunyi itu Allah tetap aktif melindungi umat-Nya. Umat diberi kesempatan untuk mempercayai kedaulatan Allah untuk mengatur segala sesuatu. Pengalaman-pengalaman iman para leluhur mereka, dapat mereka alami saat-saat masa sunyi ini. Betul sunyi karena tak ada nubuat bukan berarti Allah tidak berbuat.
Raja-raja Persia silih berganti tetapi Allah tetap Allah umat yang tak pernah ingkar janji. Upacara keagamaan Yahudi pada masa sunyi menjadi batu uji bagi umat untuk hidup teruji. Upacara keagamaan memang adalah ritual rutin yang kurang hati-hati akan terbawa kepada rutinitas yang kehilangan arti. Tetapi pada masa sunyi upacara-upacara keagamaan itu dapat menjadi tonggak sejarah bagi umat Yehuda. Setiap mengadakan upacara keagamaan Yehuda diingatkan akan fakta bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Selama masa sunyi tidak selalu bebas mereka lakukan upacara keagamaan, tetapi Allah selalu mengatur agar umat-Nya tetap berada dalam kondisi hidup beriman. Mungkin jumlah mereka tidak banyak tetapi dampak mereka cukup nyata. Di negeri pembuangan jumlah yang setia tidak banyak. Tetapi yang sedikit itu mempunyai iman yang sangat mengakar.
Ada tokoh-tokoh iman yang bertumbuh kuat di negeri pembuangan seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego. Hal ini sudah cukup menjelaskan bahwa dalam kondisi yang sulit Allah selalu ada untuk umat-Nya. MT