Rabu 13 November 2024
MENJELANG MASA SUNYI (3) – TIDAK TAAT KEPADA ALLAH
Bacaan Sabda : Maleakhi 2:10-17
“Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel – juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!” (Maleakhi 2:15-16)
Dalam pandangan Allah, perjanjian Allah dengan Israel sama dengan perjanjian suami dalam pernikahan. Dua-duanya adalah perjanjian permanen yang tidak boleh dikhianati. Perjanjian Allah merupakan pengikat permanen antara Allah dan umat-Nya. Jadi Allah sesungguhnya sedang mempersiapkan umat-Nya untuk menghadapi masa sunyi. Allah diam tetapi Dia tetap setia pada janji-Nya. Jadi seharusnya umat Israel harus tetap berpegang kepada janji Allah, tidak boleh melepaskan diri dari Allah walaupun fakta yang akan mereka hadapi ke depan Allah seakan-akan meninggalkan mereka. Allah tetap setia tetapi umat-Nyalah seringkali tidak setia.
Pada zaman nabi Maleakhi ketidaksetiaan umat kepada Allah disertai pula fakta ketidaksetiaan suami kepada istri yang dinikahi pada masa mudanya. Ada banyak suami yang menceraikan istrinya hanya karena ingin menikah dengan perempuan lain. Secara tegas Maleakhi mengatakan bahwa Allah sangat benci perceraian. Perceraian dalam pernikahan disamakan dengan umat yang meninggalkan Allah karena keinginan untuk mencoba hidup sebagai penyembah berhala. Sebenarnya bahwa fakta yang melatarbelakangi perceraian selalu sifat mementingkan diri sendiri sehingga tidak rela hidup sesuai dengan peraturan baik dan benar yang ditentukan Allah untuk pernikahan.
Demikian juga umat yang meninggalkan Allah memilih menjadi penyembah berhala. Dia tidak siap hidup diatur Allah yang disembah. Dia memilih menyembah berhala karena dia bisa mengatur berhala yang disembahnya. Umat Allah sudah memilih untuk hidup tanpa diatur Allah. Allah sengaja membiarkan hal itu terjadi, agar mereka mengalami sendiri hidup tanpa Allah. Allah memilih diam. Dalam waktu yang panjang membentang Allah diam tanpa mengutus nabi lagi untuk mengingatkan umat-Nya. Umat Allah secara mementingkan diri sendiri menyatakan bahwa mereka tidak melihat manfaat untuk menanti Allah. Mereka mempertanyakan kesungguhan Allah mengasihi dan melindungi.
Dalam perjalanan panjang ke depan Allah mengijinkan umat itu hidup tanpa kehadiran nabi sebagai pemberi petunjuk dalam menjalani kehidupan sebagai umat pilihan Allah kurang lebih 400 tahun seakan-akan Allah memalingkan muka dari umat-Nya. Bangsa-bangsa penyembah berhala bergantian menguasai mereka. Namun Allah tetap mempertahankan kepemilikan-Nya atas umat-Nya. MT