Sabtu 19 Oktober 2024
PENUAIAN SEBAGAI HUKUMAN
Bacaan Sabda : Wahyu 14:14-20
“Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah. Dan buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil.” (Wahyu 14:19-20)
Penglihatan berikutnya adalah seorang yang mirip Yesus memegang sabit siap mengayunkan sabitnya untuk menuai. Tetapi penuaan ini bukanlah menuai jiwa-jiwa bagi Kristus karena sabit yang dipegang adalah sabit hukuman yang siap diayunkan untuk menghukum manusia karena kekerasan hati dan juga kejahatan yang terus meningkat. Manusia sudah matang untuk dituai di sini artinya kejahatan manusia sudah matang atau sampai kepada puncaknya, jadi sudah harus dihukum. Kesempatan demi kesempatan sudah diberikan Allah untuk bertobat tetapi manusia mengeraskan hati dan semakin jahat.
Sesungguhnya Allah dalam tindakan-Nya adalah inisiatif-Nya memberi kesempatan untuk menerima keselamatan. Masa kemurahan-Nya adalah merupakan masa perkenanan-Nya untuk mempermudah orang datang kepada Yesus melalui karya Roh Kudus sedangkan masa hukuman adalah cara Allah untuk memaksa orang datang kepada-Nya untuk mohon ampun bertobat dan beroleh keselamatan. Bila kedua masa ini tidak dimanfaatkan berarti kejahatan sudah matang untuk dituai dengan kata lain hukuman terakhir akan dilaksanakan dan kesempatan beroleh keselamatan sudah tertutup.
Dalam Injilnya rasul Yohanes berbicara tentang masa penuaian sebagai masa anugerah karena kesempatan untuk memperoleh keselamatan sangat terbuka dengan lebar. Tugas penuaian itu ditugaskan kepada para murid dan selanjutnya kepada orang percaya. Masa penuaian ini adalah kesempatan yang sangat lama diberikan kepada orang percaya menuai banyak jiwa kepada dan untuk Kristus. Para penuai di sini adalah pemberita Injil yang disertai oleh Kristus juga dikuasai Roh Kudus sehingga oleh pemberitaan manusia penerima berita percaya. Masa penuaian terakhir ini adalah masa hukuman dari Allah yang membuat terjadinya masa sengsara besar yang menimpa semua manusia. Keadaan ini sebenarnya adalah kesempatan terakhir yang diberikan Allah agar orang yang berseru kepada-Nya memperoleh pertolongan dan keselamatan. Tetapi rupanya justru orang-orang sudah sangat mengeraskan hati. Mereka bukan berseru kepada Allah tetapi berseru kepada batu dan gunung serta anasir-anasir alam lainnya agar mereka ditimpa biar cepat-cepat mati dalam kebinasaan. Allah tetap penuh kasih, bila akhirnya Dia harus menghukum manusia yanhg terus menolak-Nya adalah merupakan tuntutan keadilan-Nya. (MT)