Jumat 04 Oktober 2024
SIAP MENCUCI JUBAH UNTUK HIDUP BENAR
Bacaan Sabda : Wahyu 7:1-17
Maka kataku kepadanya: ”Tuanku, tuan mengetahuinya.” Lalu ia berkata kepadaku: ”Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.” (Wahyu 7:14)
Melalui penglihatan yang dinyatakan Allah kepada rasul Yohanes dalam pasal 7 ini adalah merupakan penjelasan detail mengenai masa kesusahan besar yang sudah dinyatakan pada pasal-pasal sebelumnya. Masa kesusahan besar menimpa semua manusia yang masih ada di atas muka bumi ini. Dalam kesusahan besar antikristus menganiaya pengikut Kristus tetapi mereka berdiri teguh bagi Allah. 144.000 yang dimateraikan diperkirakan adalah orang-orang Israel yang menjadi pengecut Kristus. Materai adalah tanda milik Allah. Tetapi dimateraikan oleh Allah bukan berarti terhindar dari penyiksaan melainkan diberi kekuatan.
Sedangkan orang fasik tetap diperhadapkan kepada kesusahan besar sebagai hukuman Ilahi atas kejahatan mereka. Selama masa kesusahan besar banyak orang-orang kudus yang hidup menderita sebagai sasaran kemarahan iblis. Konflik antara kejahatan dengan kebenaran mencapai puncaknya sehingga mengakibatkan terjadinya kesengsaraan besar.
Berikutnya adalah mengenai orang-orang kudus yang menjadi korban kejahatan anti Kristus. Pada masa kesusahan besar maka akan terjadi dua hal :
- Hal pertama adalah terjadinya pertobatan karena semakin memahami kesusahan luar biasa ini adalah kesusahan yang bersifat sementara. Terjadi konflik yang sangat ekstrem antara kejahatan dan kebenaran.
- Hal kedua adalah mereka yang selamat dari kesusahan itu menjadi sekumpulan yang tak terhitung banyaknya mengelu-elukan Yesus dengan sukacita Abadi.
Allah telah mencucikan jubah mereka yang tercemar. Kesusahan besar itu menjadi api yang menyucikan dan mereka yang tetap setia beroleh penyucian untuk diterima di hadapan Allah. Dalam ayat 17 dinyatakan “…dan Allah menghapus segala air mata dari mata mereka”. Kemudian menjelaskan bahwa penderitaan ada batas waktu dan tangisan akan berakhir saat Allah menghapus air mata muridnya. Saat air mata dihapus ingatan kepada penderitaan pun akan dihapus karena berpotensi mengurangi kebahagiaan.
Di surga tak ada lagi hal-hal yang menyangkut mengurangi sukacita dan kebahagiaan. Berbagai penglihatan yang berhubungan dengan kehidupan di surga abadi itu sangat penting. Penting karena semua umat tetap setia kendatipun harus menghadapi penderitaan karena iman. Sekalipun ruang gerak dibatasi untuk mempertahankan kebenaran dan kekudusan hidup. (MT)