Sabtu 24 Agustus 2024
HIDUP BERSAMA SUAMI ISTRI
Bacaan Sabda : 1 Petrus 3:1-7
Sabda Renungan : “1Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 7Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” (1 Petrus 3:1, 7)
Dari awal penciptaan manusia pertama Adam dan Hawa, Allah sudah mengatur hidup bersama suami istri untuk menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, juga seorang suami untuk seorang istri dan seorang istri untuk seorang suami. Tetapi dosa telah membuat aturan itu tak dapat dipertahankan oleh manusia. Manusia dalam dosa seperti bapa orang beriman Abraham sudah tidak taat aturan tertentu dengan alasan-alasan yang logis. Tetapi apapun alasannya tetap saja berdampak buruk bila menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah. Dosa dan kekerasan hati manusia membuat Musa mengeluarkan surat cerai memberi petunjuk bahwa pada zaman Musa perceraian sudah terjadi dan dianggap lumrah.
Firman Tuhan adalah kebenaran mutlak sehingga perceraian dan poligami adalah merupakan penyimpangan dari aturan firman Tuhan sehingga tetap dan selalu berdampak buruk untuk para pelakunya. Yesus sendiri sangat tegas menyatakan bahwa, kehidupan bersama suami istri adalah hubungan permanen yang tak boleh bercerai, karena Allah yang mempersatukan sehingga tak boleh diceraikan oleh manusia. Mereka bukan sekedar menjalani hidup bersama tetapi dua menjadi satu. Dua menjadi satu bukanlah kesatuan legalistik tetapi kesatuan yang berproses dan harus dibangun serta dipertahankan dengan saling setia.
Rasul Petrus pun rupanya melihat fakta adanya penyimpangan hidup bersama suami istri terjadi dalam komunitas pengikut Kristus. Melihat fakta ini Petrus tidak diam tetapi segera memberikan pengarahan. Rupanya Petrus melihat terjadinya penyimpangan karena para istri punya kecenderungan melawan dan kurang menghormati suami sehingga Petrus menyatakan dan memerintahkan agar para istri terpanggil untuk tunduk kepada suami. Petrus juga melihat fakta bahwa para suami bersikap kurang bijaksana dalam menyikapi ketidak-tundukan istri, maka menasehati para suami agar hidup bijaksana kepada istrinya. Lebih jelasnya para suami harus terpanggil untuk mewujudkan kasih kepada istri. Rasul Petrus menegaskan bahwa suami dan istri itu adalah teman pewaris atas kasih karunia.
Jadi sebagai teman sewaris harus saling mendukung dengan cara saling menghormati ,saling mengasihi dan saling hidup bersama dengan bersikap bijaksana. Jadi teruslah berproses semakin satu atau dua menjadi satu. (MT)