Jumat 16 Agustus 2024
KETEKUNAN DAN KESABARAN
Bacaan Sabda : Yakobus 5:7-12
Sabda Renungan : “7Sebab itu, sabarlah Saudara-saudaraku, sampai Tuhan datang. Lihatlah bagaimana sabarnya seorang petani menunggu sampai tanahnya memberikan hasil yang berharga kepadanya. Dengan sabar ia menunggu hujan musim gugur dan hujan musim bunga. 8Hendaklah kalian juga bersabar dan berbesar hati, sebab hari kedatangan Tuhan sudah dekat.” (Yakobus 5:7-8)
Yakobus menunjukan suratnya kepada orang-orang Kristen yang sedang menghadapi penderitaan karena menghadapi aniaya yang dilakukan oleh penganut agama Yahudi secara masif. Yakobus menasehati agar umat Tuhan yang sedang menanti kedatangan Tuhan agar tekun dan bersabar. Untuk membentuk diri menjadi umat Tuhan yang tekun dan sabar Yakobus memberi penjelasan agar belajar kepada tiga tokoh:
- Pertama adalah belajar kepada petani. Para petani tidak akan pernah lagi menjadi petani apabila tidak tekun dan sabar. Semua tanaman petani membutuhkan tenaga dan waktu untuk memperoleh hasil. Tanaman harus diberi pupuk dan dirawat secara teratur. Semua tanaman liar harus dicabut agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Belum lagi pemberian pupuk serta penyiraman yang cukup harus dilakukan dengan tekun. Hasilnya harus dinanti dengan sabar. Kemudian kemungkinan gagal panen selalu mungkin terjadi. Dan kalau gagal tetap harus pula diterima dengan sabar dan tidak menjadi berhenti tetapi lakukan lagi penanaman tanaman yang baru. Tetap juga harus menunggu masa panen dengan sabar karena masa panen selalu layak untuk ditunggu, karena pasti terjadi bila tidak menjadi lemah.
- Kedua adalah belajar kepada para nabi (Yakobus 5:10). Pengikut Kristus dari kalangan Yahudi sangat mudah memahami saat Yakobus mengangkat nabi-nabi Perjanjian Lama menjadi teladan dalam hal ketekunan dan sabar hidup dalam kehendak Allah walaupun harus menghadapi cobaan dalam bentuk penolakan dan terhukum atas usaha untuk mempertahankan kebenaran. Para nabi yang berbicara atas nama Tuhan mengalami ujian yang sulit seperti Yeremia dan Daniel supaya kehidupan mereka mendukung pemberitaan mereka.
- Ketiga adalah belajar kepada Ayub (5:11). Ayub tidak mengetahui apa yang terjadi di belakang layar mengenai pembicaraan Allah dan iblis mengenai dirinya. Dalam penderitaannya Ayub juga harus bersabar merespon tuduhan-tuduhan para sahabatnya bahwa penderitaannya tak terpisahkan dari kesalahannya. Dalam penderitaannya Ayub tetap yakin akan kesempurnaan dan kebenaran serta kuasa Allah meskipun tak tahu atas segala sesuatu yang sedang direncanakan dan dilakukan Allah.
Itulah yang dapat disebut kesabaran dan ketekunan. (MT)