Jumat 26 Juli 2024
SADAR SEBAGAI MANUSIA BERDOSA
Bacaan Sabda : Ibrani 10:1-18
Sabda Renungan : “Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.” (Ibrani 10:3-4)
Sejak Musa menerima hukum taurat untuk menjadi hukum sosial, hukum moral dan hukum rohani atau agama bagi orang Israel, umat itu tidak terlepas dari dosa tetapi menyadari bahwa setiap orang adalah orang berdosa. Salah satu hukum yang harus dijalankan umat sekali setahun adalah pelaksanaan ritual mengorbankan lembu jantan tak bercacat yang dilaksanakan oleh imam besar. Setiap pelaksanaan yang melambangkan pengampunan dosa ini justru mengingatkan umat akan fakta bahwa dirinya adalah orang berdosa. Secara keseluruhan hukum taurat adalah untuk menyadarkan manusia bahwa semua manusia adalah pendosa atau tak ada seorang pun manusia yang hidup tanpa dosa.
Allah terus ikut berpartisipasi menuntun proses perjalanan iman Israel dalam tuntunan hukum taurat yang terbilang rumit selama ribuan tahun dalam rangka agar umat mengenal diri sebagai manusia berdosa. Sadar akan dosa dan mengenal diri sebagai manusia berdosa, mengakui dosa dan mohon pengampunan Allah atas dosa bukanlah hal yang mudah. Bila seorang melakukannya adalah suatu nilai hidup yang sangat berharga. Sadar atas kelemahan dan keterbatasan adalah hal yang mudah tetapi sadar dan mengaku di hadapan Allah sebagai manusia berdosa secara tulus bukanlah hal yang mudah.
Ribuan tahun bangsa Israel melaksanakan ritual penghapusan dosa agar siap dan terbentuk menjadi umat yang sadar akan dosa-dosanya dan juga menyadari bahwa mereka tidak mampu melepaskan diri dari ikatan dosa. Ritual pencurahan darah binatang hanyalah gambaran yang mengarah kepada pengorbanan Kristus. Karena hanya darah seorang manusia tanpa dosalah yang dapat menebus dosa manusia. Pengorbanan-Nya itu hanya sekali untuk selama-lamanya. Hanya seorang yang tak berdosalah yang dapat mengambil alih hukuman atas dosa-dosa manusia karena hanya dengan demikian manusia berdosa puas atas tuntutan hukum taurat.
Di hadapan Yesus yang tak berdosa itu kita sadar akan dosa-dosa, mengaku dosa dan mohon ampun atas dosa. Selanjutnya menjadi pengikut Yesus, dan sebagai pengikut-Nya kita pun harus meneladani-Nya. Tentu saja kita tidak akan pernah menjadi manusia yang tak berdosa seperti Yesus. Tetapi yang pasti kita sudah ditebus dari hukuman dosa, sehingga kita tidak lagi terjajah dan terikat oleh dosa. (MT)