Rabu 10 Juli 2024
BELAJAR BERBUAT BAIK
Bacaan Sabda : Titus 3:1-15
Sabda Renungan : “Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah.” (Titus 3:14)
Ada satu pelajaran seumur hidup yaitu belajar tanpa henti melakukan perbuatan yang baik. Rasul Paulus menyatakan bahwa semua orang harus belajar melakukan yang baik kepada Allah. Allah sudah menyatakan kebaikan-Nya kepada manusia berdosa secara sempurna. Dia memberi karunia keselamatan dan pengampunan kepada manusia berdosa. Jadi belajar berbuat baik kepada Allah adalah menerima kasih karunia-Nya dengan percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat.
Kemudian mengucap syukur melalui ibadah dan perbuatan baik dalam hidup sehari-hari sebagai respon yang baik kepada kasih karunia dan kebaikan-Nya. Selanjutnya kita harus terus belajar melakukan yang baik kepada pemerintah. Perbuatan baik kepada pemerintah yang resmi melalui sikap tunduk kepada kekuasaanya bila kekuasaannya itu juga tunduk kepada Allah. Tunduk kepada pemerintah itu penting untuk kelanngsungan kesaksian dan pemberitaan Injil. Orang percaya harus taat kepada pemerintah dengan cara mentaati perundang-undangan pemerintah yang resmi dan juga mentaati peraturan-peraturan sipil yang diawasi oleh pemerintah. Dengan kata lain orang percaya haruslah menjadi warga negara yang baik dan menjadi warga masyarakat yang baik di lingkungan masing-masing. Tentu saja ada pengecualian sikap kepada peraturan pemerintah yang bertentangan dengan firman Tuhan.
Dalam hal ini sikap “Tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular” merupakan sikap yang sesuai dengan Firman Tuhan. Jadi teruslah belajar berbuat baik kepada Allah dan sesama. Tetapi ada sikap yang sangat berbeda belajar berbuat baik kepada bidat yang sudah mengarah kepada penyesatan. Rasul Paulus memberi nasehat berbuat baik kepada bidat adalah memberi nasehat sekali, dua kali agar mereka kembali kepada ajaran yang benar. Tetapi bila mereka tidak mau haruslah dengan tegas menolak bahkan mengeluarkan mereka dari komunitas orang percaya. Tentu saja tidak cepat-cepat menghakimi karena bagaimanapun selalu ada kesempatan bagi mereka untuk bertobat. Mereka yang menolak firman dan menggantikannya dengan pendapat pribadi adalah perbuatan dosa. Dan dosanya itulah yang menghukumnya. Jadi tak usah dihakimi. Dia justru membutuhkan doa dan nasehat dari orang percaya. (MT)