Senin 01 Juli 2024
TEKUN BERIBADAH
Bacaan Sabda : 1 Timotius 6:1-10
Sabda Renungan : “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” (1 Timotius 6:6-8)
Bersamaan dengan bermunculannya ajaran-ajaran palsu, berdebat secara terbuka menjadi trend yang baru. Dalam perdebatan terbuka lahir pula penyakit yang baru yaitu bersilat lidah. Para pengajar palsu yang suka berdebat dengan menggunakan silat lidah, menang dalam perdebatan tetapi minus dalam kelakuan. Untuk itu rasul Paulus menasehati Timotius tetap menjaga karakternya agar tetap berpadanan dengan Injil sejati. Guru-guru palsu dengan kemampuan berorasi yang mumpuni sangat digemari karena mengajar umat untuk beribadah dengan tujuan beroleh keuntungan-keuntungan material. Para pengajar palsu ini menjalankan ibadah untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang dimaksud bukan saja keuntungan materi tetapi juga berupa kebesaran nama dan juga ketenaran.
Jadi melihat fakta ini dapat kita pahami bahwa teologia sukses dan hedonisme dalam gereja bukanlah hal yang baru, sudah muncul dari sejak pertumbuhan gereja walaupun masih dalam wujud dan praktek yang samar-samar. Biasanya mereka mengajar bahwa sukses dan kekayaan mereka itu menandakan bahwa Allah menyetujui ajaran mereka. Rasul Paulus memberi penjelasan bahwa ibadah yang sejati betul-betul mendatangkan keuntungan dengan syarat:
- Disertai rasa cukup artinya apapun yang diperoleh sudah dapat dijadikan alasan bersyukur kepada Tuhan. Bukan berarti kehilangan inisiatif untuk berkarya tetapi justru semakin giat membangun potensi diri melalui kreativitas dalam berkarya agar semakin giat beribadah untuk bersyukur kepada Tuhan.
- Kita diterima Tuhan apa adanya karena kita datang ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila kita meninggalkan dunia kita pun tidak membawa apa-apa. Kata datang dan meninggalkan menjelaskan bahwa kita berada di dalam dunia ini hanyalah sementara. Jadi kehidupan ibadah haruslah tetap berjalan dan hubungan dengan Allah tetap semakin dekat dan karakter yang baik terus terjaga.
- Tetaplah hidup sederhana dalam pengertian yang sebenarnya karena sederhana itu indah. Asal ada makanan dan pakaian cukuplah. Tercukupinya kebutuhan primer sudah cukup menjadi alasan bersyukur dan bahagia. Hanya orang yang bersyukurlah yang dapat beribadah dengan sungguh-sungguh. (MT)